Harga Gas Turun Jadi Kabar Baik, tapi Menkeu AS Sebut Perang Rusia-Ukraina Masih Jadi Ancaman
Ekonomi dan bisnis | 9 September 2022, 11:39 WIBDETROIT, KOMPAS.TV - Harga gas dunia sudah turun selama 80 hari terakhir. Menteri Keuangan AS Janet Yellen melihat hal itu sebagai kabar baik, karena juga akan menurunkan tingkat inflasi.
"Harga gas telah jatuh sekarang selama 80 hari berturut-turut, yang tentunya merupakan kabar baik," kata Yellen seperti dikutip dari Antara, Jumat (9/9/2022).
"Dan itu menyebabkan inflasi utama benar-benar masuk ke wilayah negatif pada Juli dan saya pikir akan ada beberapa dorongan lebih lanjut dalam laporan berikutnya," ujarnya.
Sementara untuk bulan Agustus, Departemen Perdagangan AS akan melaporkan Inflasi Harga Konsumen (IHK) pada 13 September mendatang.
Baca Juga: Toyota Umumkan Investasi Pabrik Baterai Mobil Listrik di Amerika Serikat Senilai Rp78,2 Triliun
Namun menurut Yellen, masih terlalu dini jika memproyeksikan tren inflasi jangka panjang. Lantaran masih ada faktor ketidakpastian akibat perang Rusia melawan Ukraina.
Di sisi lain, Yellen menyatakan keprihatinan atas prospek global akibat krisis energi dan ekonomi yang semakin dalam di Eropa. Ia mengatakan Amerika Serikat mengambil tindakan untuk meningkatkan pasokan gas alam cair ke Eropa.
Yellen menyebut AS mendorong Eropa untuk lepas dari ketergantungan gas Rusia.
"Kami melakukan semua yang kami bisa di bidang LNG untuk membantu. Dan, tentu saja, kami terus berkoordinasi mengenai batas harga yang berkaitan dengan minyak (Rusia), yang menurut saya juga dapat membantu," kata Yellen.
Baca Juga: Amerika Serikat Alami Kelangkaan Tenaga Kerja Gara-Gara Pandemi
Selain kenaikan harga energi, inflasi AS juga disebabkan oleh baiknya harga barang-barang impor China. Pasalnya, barang impor China dikenakan tarif khusus yang lebih tinggi.
Saat jurnalis bertanya apakah pemerintah AS mempertimbangkan untuk menghapus beberapa tarif impor China, Yellen mengatakan bahwa Presiden Joe Biden masih mempertimbangkan masalah tersebut.
"Dia ingin memastikan bahwa apa yang dia putuskan baik untuk pekerja Amerika," ucap Yellen.
"China benar-benar bersalah atas praktik perdagangan yang tidak adil. Kita semua telah menyetujui itu. Dan dia benar-benar ingin mempertimbangkannya dengan hati-hati. Saya tidak punya jadwal untuk itu," ucapnya.
Baca Juga: Apple Naikkan Harga Jual iPhone 14 di Sejumlah Negara Selain Amerika Serikat
Sebelumnya, US Bureau of Labour Statistics melaporkan inflasi AS pada Juli 2022 berada di 8,5 persen year-on-year (yoy). Angka ini tercatat masih tinggi, tetapi jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 9,1 persen atau tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
Inflasi energi juga menunjukkan perlambatan, meski masih di level tinggi. Harga bensin masih naik 44 persen yoy, melambat dibandingkan Juni 2022 yang melonjak 59,9 persen yoy. Sementara harga gas alam naik 30,5 persen yoy, turun dibandingkan Juni 2022 yakni 38,4 persen yoy.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Antara