> >

BBM Naik Saat Harga Minyak Dunia Turun, Menteri ESDM: Tidak Bisa Jadi Patokan

Kebijakan | 5 September 2022, 05:56 WIB
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Langkah pemerintah menaikkan harga BBM dikritik banyak pihak. Lantaran dilakukan saat inflasi sedang tinggi dan harga minyak dunia sedang dalam tren penurunan.

Namun menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif harga minyak mentah dunia yang berfluktuasi tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan jumlah subsidi BBM.

"Harga minyak memang turun naik tiap hari jadi memang tidak bisa dijadikan patokan untuk jangka panjang mengenai ketepatan alokasi subsidi ini, tadi disampaikan oleh Ibu Menkeu bahwa banyak dari masyarakat yang masih menggunakan BBM subsidi meskipun tergolong mampu. Ini tentu saja di lapangan sudah dilakukan akan dilakukan pengawasan-pengawasan," kata Arifin seperti dikutip dari Antara, Minggu (4/9/2022).

Pada perdagangan Jumat (2/9) di bursa Amerika Serikat, harga minyak memang tercatat menguat. Penyebabnya adalah ekspektasi pasar terkait  OPEC+ yang akan membahas pengurangan produksi minyak pada pertemuan pada 5 September.

Baca Juga: Kompak Naik, Ini Daftar Harga Terbaru BBM Pertamina dan BBM Shell-Vivo

Harga minyak WTI kontrak Oktober 2022 di New York Mercantile Exchange pada Jumat pukul 22.00 WIB, tercatat menguat 2,34 persen ke 88,64 dollar AS per barel. Tapi dalam sepekan harga minyak acuan AS ini sudah turun 4,75 persen.

Lalu harga minyak Brent kontrak November 2022 di ICE Futures menguat 2,36 persen ke 94,54 dollar AS per barel. Harga minyak acuan internasional ini mengakumulasi penurunan 4,51 persen dalam sepekan.

Sementara menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, pemerintah masih terus memantau pergerakan harga minyak mentah Indonesia atau ICP. Karena harga rata-rata ICP hingga Juli sebesar 104,9 dollar AS/barel.

"Jika ICP turun ke 90 dollar AS /barrel Agustus-Desember 2022, maka harga rata-rata satu tahun ICP Indonesia adalah 99 dollar AS/barrel. Kalaupun harga ICP turun hingga di bawah 90 dollar AS/barrel, maka rata-rata ICP Indonesia setahun masih 97 dollar AS /barrel," tutur Sri Mulyani dalam akun instagram pribadinya, dikutip Senin (5/9).

Baca Juga: Demo Tolak Kenaikan BBM, Mahasiswa dan Buruh Bakal Serbu Istana Negara hingga Gedung DPR RI

Ia menjelaskan, dengan adanya kebijakan penyesuaian harga BBM, maka alokasi subsidi kompensasi BBM sebesar Rp591 triliun, jika harga ICP hingga Desember 2022 sebesar 85 dollar AS/barrel.

Jumlah subsidi akan naik sebesar Rp605 triliun apabila harga rata-rata ICP setahun 99 dollar AS/barrel.

Apabila harga rata-rata ICP setahun masih di atas 100 dollar AS per barrel, maka total subsidi BBM masih akan mencapai Rp649 T.

Baca Juga: PT Pos Indonesia Salurkan BLT BBM Sebesar Rp 600 Ribu

"Perkembangan dari ICP ini harus dan akan terus dimonitor karena suasana geopolitik dan proyeksi perekonomian dunia masih akan sangat dinamis. Kita juga akan terus memantau dampak inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta indikator kemiskinan dengan adanya penyesuaian tarif BBM," ujar Sri Mulyani.

"Melalui tambahan bansos yang diberikan oleh @kemensosri, diharapkan angka kemiskinan bisa tetap kita upayakan menurun didukung program pemerintah lainnya," tambahnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU