Harga Minyak Sulit Diprediksi dengan Pasti, Sri Mulyani: Sudah Jadi Alat Perang
Ekonomi dan bisnis | 1 September 2022, 05:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, harga minyak mentah sulit diperkirakan secara akurat, karena pergerakan harganya sangat volatile atau bergejolak. Menurutnya, harga minyak tidak hanya dipengaruhi dari sisi pasokan dan permintaan, tetapi juga faktor geopolitik.
Pemerintah sendiri mengasumsikan harga minyak mentah dalam RAPBN 2023 sebesar 90 dollar AS per barrel, dengan rentang 80-100 dollar AS per barel. Angka itu lebih tinggi dari asumsi dalam APBN 2022 yang sebesar 63 dollar AS per barel.
Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022), yang disiarkan secara virtual.
Baca Juga: Menaker: September Diupayakan BSU Sudah Masuk Kantong Pekerja
"Harga komoditas ini sangat volatile karena dipengaruhi tidak hanya supply-demand, tetapi juga sudah menjadi alat perang dari sisi geopolitik competition. Sehingga prediksi dan behaviour dari harga minyak jadi sangat tidak pasti," kata Sri Mulyani dikutip dari kanal YouTube TV Parlemen.
Hal itu terlihat dari perbedaan proyeksi harga minyak oleh sejumlah pihak. Ia menyebut, berdasarkan konsensus proyeksi rata-rata harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia, berada di level 105 dollar AS per barel.
Sedangkan harga yang diperkirakan oleh Badan Energi Dunia atau Internasional Energy Agency, rata-rata harga minyak mentah Brent mencapai 104,8 dollar AS per barel.
Baca Juga: Sebelum BBM Naik, Ini 3 Jenis Bansos yang Akan Cair September
Sementara itu, organisasi produsen minyak Dunia OPEC menyatakan tidak akan menaikkan produksi secara signifikan. Meskipun harga komoditas tersebut bergejolak dan berada dalam tren peningkatan.
Langkah OPEC itu akan membuat stok minyak jadi terbatas, sedangkan permintaannya tetap tinggi.
Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari
Sumber :