Beda dari Mentan, Mendag: Harga Mi Instan Tak akan Naik 3 Kali Lipat
Ekonomi dan bisnis | 10 Agustus 2022, 17:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan merespons pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Linpo mengenai kenaikan harga mi instan seiring kenaikan harga gandum.
Zulkifli yang karib dengan panggilan Zulhas mengatakan harga mi instan tidak akan naik tiga kali lipat. Harga gandum diperkirakan turun seiring membaiknya panen di sejumlah negara.
"Nggak (naik), mudah-mudahan," kata Zulhas di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (10/8/2022). "Dulu kan gagal panennya di Australia, Kanada, Amerika Serikat (AS) ya. Sekarang panennya sukses."
Apalagi, kata Zulhas, saat ini penjualan atau ekspor gandum dari Ukraina sudah dibuka kembali. Bahkan Zulhas memprediksi harga gandum secara global akan turun pada September 2022.
"Apalagi sekarang Ukraina bisa jual (gandum). Mungkin September trennya akan turun," kata dia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan harga mie instan akan naik tiga kali lipat. Kenaikan harga mie instan dipicu oleh naiknya bahan baku mie yang tertahan di dua negara yang tengah berperang, Ukraina dan Rusia.
Syahrul mengatakan, kenaikan harga mi instan akan terasa lebih signifikan dari yang terjadi saat ini.
Baca Juga: Harga Mie Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Berikut Daftar Harga Terbaru di Warung
"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," kata Syahrul, Senin (8/8).
"Saya bicara ekstrem aja, ada gandum tapi harganya mahal banget," ucapnya.
Mentan menambahkan, ketersediaan gandum dunia sebetulnya ada, namun karena konflik global tersebut membuat masalah pada rantai pasok sehingga berimplikasi pada harga gandum yang menjadi mahal.
"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal banget, sementara kita impor terus ini. Kalau saya jelas tidak setuju, apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," kata dia.
Untuk diketahui, Ukraina dan Rusia menjadi pemasok gandum di dunia dan Indonesia menjadi negara yang mengandalkan impor gandum.
Ekspor gandum Rusia-Ukraina yang biasanya memasok hingga 40 persen kebutuhan dunia, kini tersendat akibat perang.
Sesuai dengan hukum ekonomi, ketika pasokan berkurang namun permintaan tetap atau bahkan meningkat, maka harga gandum akan naik.
Baca Juga: Harga Mi Instan Bakal Naik, Ini Besaran Kebutuhan Impor Indonesia untuk Gandum
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV