Rentetan Dampak dari Masa Tanam Bawang Merah dan Cabai di Malang Mundur Akibat Cuaca
Ekonomi dan bisnis | 4 Juli 2022, 13:24 WIBMALANG, KOMPAS.TV – Masa tanam bawang merah dan cabai di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur mundur satu bulan akibat kondisi cuaca yang kerap hujan.
Imbasnya nanti, ada pada minimnya pasokan kedua komoditas yang umumnya ditanam secara tumpang sari lantaran waktu panen diperkirakan bakal mundur. Padahal, saat ini harga bawang merah dan cabai di tingkat petani juga masih tinggi.
Melansir dari Kompas.id, harga bawang merah di Ngantang Rp 35.000 per kilogram (kg), sementara harga cabai rawit masih bertengger Rp 72.000-Rp 80.000 per kg. Adapun, Ngantang merupakan salah satu sentra bawang merah di Malang.
Biasanya petani di kawasan pegunungan itu mulai menanam bawang merah pada akhir Mei-Juni setelah tidak ada hujan atau memasuki musim kemarau. Namun, berbeda di tahun ini. Intensitas hujan yang masih tinggi mengganggu penyiapan lahan.
”Kalau hujan deres, tanah menjadi lembek, sulit ditata menjadi bidang-bidang untuk menanam benih. Kalau bibit sudah ditanam, kondisinya aman meski hujan,” jelas Waji (80), salah satu petani di Dusun Pakan, Desa Purworejo, Jawa Tengah.
Wahyu (23), petani muda di blok lain di Dusun Pakan turut menjelaskan, ada dua lahan yang biasa dipakai untuk menanam bawang, yakni tegalan dan sawah.
Musim tanam bawang di tegalan berlangsung pada November-Desember (panen Januari-Februari). Sementara di sawah akhir Mei-Juni (panen Agustus-September).
Baca Juga: BPS Sebut Inflasi Juni 2022 0,61 Persen, Harga Cabai Merah Jadi Penyumbang Terbesar
”Biasanya Mei sudah tidak ada hujan, sedangkan sekarang awal Juli masih ada hujan. Akibatnya, stok bawang merah di pasaran sedikit,” terangnya.
Disebutkan, saat ini harga bawang merah di petani Rp 35.000 per kg, lebih tinggi dari biasanya Rp 20.000 per kg. Tidak hanya bawang, harga benih juga melambung Rp 35.000-40.000 per kg dari biasanya Rp 15.000-Rp 20.000 per kg.
Hama musim hujan
Wahyu pun menuturkan, cuaca tidak hanya mengulur waktu tanam. Cuaca basah juga berpotensi mendatangkan hama kaper. Hewan sejenis kupu-kupu kecil ini biasanya muncul dan menyerang daun.
Untuk menanggulangi, petani harus melipatgandakan upaya penyemprotan.
Wiji menambahkan, cabai di tegalan banyak yang gagal panen akibat cacar, buah menjadi kering. Sementara mencari obat di toko pestisida sulit.
Wiji sendiri masih memiliki tanaman cabai di tegalan, tetapi belum siap panen.
”Kalau cabai petani di tegalan saat ini sudah hampir habis panen raya. Namun, saat panen raya juga banyak petani yang tidak merasakan untung lantaran cabai mereka terserang hama,” ucapnya.
Apa yang disampaikan Wiji terkait hama yang menyerang tanaman cabai dibenarkan beberapa petani di Desa Pujon Lor, Kecamatan Pujon. Menurut mereka, buah cabai yang terserang cacar akan berwarna kecoklatan dan sulit dipulihkan.
Sebelumnya, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto mengakui, petani di wilayahnya ikut merasakan dampak cuaca, termasuk petani bawang dan cabai.
Untuk membantu meringankan beban petani, khususnya cabai yang terserang hama, Pemerintah Kabupaten Malang berencana menggelontorkan bantuan 100.000 bibit cabai rawit.
Bibit itu akan diberikan kepada petani di sentra, seperti Ngantang, Wajak, Poncokusumo, dan Tumpang.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas.id