Disindir Luhut, Ini 3 Perusahaan Sawit Besar yang Pilih Berkantor Pusat di Singapura
Ekonomi dan bisnis | 27 Mei 2022, 21:07 WIBSelain jadi pemain besar industri sawit, kelompok bisnis RGEI di Indonesia juga bergerak di berbagai industri, di antaranya yang terbesar industri kertas dan pulp di bawah bendera Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL.
Berdasarkan catatan Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto mencapai 2,1 miliar dollar AS dan menempatkannya di urutan 1.561 orang paling tajir di dunia pada 2021.
2. Fisrt Resouces Ltd
First Resources Ltd adalah perusahaan milik taipan Indonesia bernama Ciliandra Fangiono. Sosoknya sempat beberapa kali masuk daftar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes dengan usia yang terbilang sangat muda.
Di usianya yang baru 45 tahun, Ciliandra menempati posisi ke-30 orang terkaya Indonesia dengan usia paling muda pada tahun 2020 dengan kekayaan USD1,05 miliar.
Sumber kekayaan terbesarnya berasal dari perkebunan sawit. Dia merupakan generasi kedua yang mewarisi perusahaan sawit dari ayahnya, Martias.
Ciliandra merupakan CEO First Resources Ltd, perusahaan yang tercatat di bursa efek Singapura yang banyak menguasai ratusan ribu hektare lahan sawit di Indonesia.
Baca Juga: Ekspor CPO Dibuka Lagi, Harga TBS Sawit Membaik tapi Belum Normal karena Sebab Ini
First Resources dirintis oleh ayahnya sejak dua dekade silam. Perusahaan ini memiliki puluhan pabrik pengolahan sawit yang banyak tersebar di Sumatera dan Kalimantan.
3. Wilmar International Ltd
Wilmar International Ltd asalah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia yang menanam sawitnya di atas lahan milik negara yang diberikan pemerintah melalui skema HGU.
Anak perusahaan Wilmar di Indonesia, PT Wilmar Nabati Indonesia, ikut tersandung dalam kasus korupsi ekspor minyak di Kementerian Perdagangan yang kini tengah ditangani Kejaksaan Agung.
Wilmar International bahkan tercatat sebagai salah satu perusahaan terbesar dari sisi kapitalisasi pasar di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange (SGX).
Berbagai produk Grup Wilmar antara lain minyak goreng, margarin, coklat, oleokimia, dan biodiesel. Di Indonesia, merek minyak goreng terkenal dari Wilmar adalah Fortune dan Sania.
Dikutip dari laman resminya, Wilmar International berkantor di 28 Biopolis Road, Singapura. Perusahaan ini juga mengeklaim memiliki lebih dari 500 pabrik dan jaringan distribusi yang tersebar di China, Indonesia, India, dan berbagai negara lainnya.
Baca Juga: Komnas HAM Soroti Penangkapan 40 Petani Sawit Mukomuko, Adanya Pelanggran HAM
Pada 2021, perusahaan bahkan mencatatkan keuntungan bersih sebesar USD1,89 miliar. Konglomerat Martua Sitorus adalah sosok di balik gurita bisnis Wilmar di Indonesia.
Wilmar awalnya bermula dari perusahaan penggilingan tepung terigu bernama FFM Berhad yang didirikan Kuok Group milik Kuok Khoon Hong di Malaysia pada 1966.
Pada 1 April 1991, Kuok Khoon Hong berkongsi dengan konglomerat asal Indonesia Martua Sitorus dengan membentuk Wilmar Trading Pte Ltd.
Awalnya, Grup Wilmar memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera Barat di bawah bendera PT Agra Masang Perkasa (AMP).
Area perkebunan kelapa sawit Wilmar kemudian merambah Sumatera Utara. Dalam waktu relatif cepat, perkebunan sawitnya menggurita sampai ratusan ribu hektare dan berada di atas lahan negara melalui skema hak guna usaha (HGU).
Meski punya kebun kelapa sawit sangat luas di Indonesia, perusahaan ini memilih mencatatkan diri di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange.
Baca Juga: Larangan Ekspor Dicabut, Pengusaha Sawit Janji Dukung Ketersediaan Minyak Goreng
Wilmar International Ltd pernah masuk sebagai perusahaan sawit terbesar dunia pada 2018. Majalah Forbes bahkan menjuluki pemilik Grup Wilmar, Martua Sitorus, Raja Minyak Sawit Indonesia.
Berdasarkan catatan Forbes, Martua Sitorus memiliki kekayaan sebesar USD3 miliar, sekaligus menempatkan pria berusia 62 tahun ini di urutan 1.034 orang terkaya di dunia.
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.com