> >

BPS Gunakan Big Data: Kenaikan Harga Pangan akan Tingkatkan Jumlah Orang Miskin

Ekonomi dan bisnis | 7 April 2022, 16:05 WIB
Sejumlah warga berebut membeli minyak goreng curah di sebuah toko sembako di kompleks pasar Bandongan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (26/3/2022). (Sumber: Antara Foto/Anis Efizudin)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan, tren kenaikan harga minyak goreng, cabai merah, daging, dan telur ayam ras, masih akan terus berlanjut pada April.

“Ini tinjauan menggunakan dengan Big Data, sampai dengan kondisi 5 April kemarin, ada kecenderungan kenaikan untuk tiga komoditas ini,” kata Margo Yuwono dalam diskusi virtual, dikutip dari Antara, Kamis (7/4/2022).

Berdasarkan catatan BPS, harga minyak goreng yang kini sudah diserahkan ke mekanisme pasar kembali naik pada awal April atau tepat memasuki bulan puasa. Kenaikan harga minyak goreng bahkan lebih tinggi dari  kondisi rata-rata pada Januari 2022. Padahal pada Maret 2022 harga minyak goreng sempat menurun.

Lalu harga cabai merah, lanjut Margo, sudah naik mulai Maret dan bertahan hingga awal April.

Baca Juga: Menteri ESDM Jamin Tak Ada Lagi Antrean Kendaraan Beli Solar

"Masih bertahan hingga awal April dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan harga. Sedangkan harga daging dan telur ayam ras cenderung stabil dan tidak terlalu berubah signifikan," tutur Margo.

Kenaikan harga minyak goreng membuat komoditas itu menjadi penyumbang utama inflasi selama 3 bulan terakhir. Ia menyebut, inflasi minyak goreng pada Januari 2022 adalah 0,31 persen dibanding Januari 2021 (year on year), Februari 0,20 persen (yoy) dan Maret 0,24 persen (yoy).

Selanjutnya, Margo memproyeksi inflasi April akan naik karena ada dampak kenaikan komponen administered prices. Yakni kenaikan harga LPG non-subsidi per 27 Februari, kenaikan BBM jenis Pertamax per 1 April 2022, serta kenaikan PPN menjadi 11 persen per 1 April 2022.

“Ini tentu saja mempunyai potensi besar kepada kenaikan inflasi di April. Jadi ada demand yang polanya meningkat di puasa dan Lebaran serta ada kebijakan pemerintah yang berpotensi untuk terjadinya inflasi,” ujar Margo.

Baca Juga: Tarif PPN Layanan BCA Juga Ikut Naik 11 Persen, Cek di Sini

Menurutnya, naiknya inflasi akan berdampak terhadap penurunan daya beli dan menekan konsumsi masyarakat yang berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi nasional. Kenaikan beban pengeluaran masyarakat menengah ke bawah juga bertambah akibat kenaikan harga bahan pangan.

"Pola konsumsi masyarakat sebagian besar porsi belanjanya itu ke makanan. Jadi kalau inflasi pangan tidak bisa dikendalikan bisa dipastikan golongan bawah akan tertekan kesejahteraannya,” sebut Margo.

Pada akhirnya, jika harga pangan terus naik atau inflasi pangan, akan menyebabkan naiknya garis kemiskinan. Pasalnya, garis kemiskinan ditentukan oleh 74,05 persen makanan dan sisanya 25,95 persen non makanan. Sehingga jika inflasi pangan tinggi maka otomatis jumlah penduduk miskin bertambah.

Baca Juga: Anggota DPR Singgung Bos OJK Gajinya Gede Tapi Banyak Masalah Asuransi Hingga Pinjol

 

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU