Pelaku Industri Tak Minat Pakai Jalan Tol Manado-Bitung
Ekonomi dan bisnis | 25 Februari 2022, 04:05 WIBOleh karena itu, tarifnya dinilai terlalu mahal karena jarak tempuh di jalan tol relatif pendek. Mengingat, Jalan Tol Manado-Bitung hanya beroperasi sebagian, yaitu 26,35 kilometer antara Manado dan Danowudu di dekat perbatasan Bitung dengan Minahasa Utara.
Kendaraan logistik, baik truk engkel hingga truk gandeng pembawa peti kemas, lebih suka melewati ruas Jalan Raya Manado-Bitung. Meski waktu tempuhnya memang mencapai 1 jam 20 menit, jauh lebih lama ketimbang jalan tol yang hanya 30-45 menit.
Desakan Subsidi
Di samping itu, Daniel menerangkan, keengganan para pengusaha juga disebabkan biaya logistik lain, seperti jasa peti kemas untuk ekspor yang tarifnya ia klaim naik tiga kali lipat daripada harga sebelum pandemi Covid-19. ”Akan masuk akal jika pemerintah memberi subsidi tarif jalan tol,” katanya.
Hal yang sama diungkapkan oleh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi, Magdalena Wullur, bahwa harga barang akan sulit ditekan jika biaya logistik tetap tinggi.
”Bisa jadi (tarif ini) malah menghambat tujuan awal pendiriannya, yaitu memangkas waktu pengiriman barang. Jadi, pemerintah bisa ambil andil dengan memberikan subsidi kepada pengelola (PT JMB) karena pengelola pasti memikirkan break even point (balik modal). Di sisi lain, beban tarif yang ditanggung pengusaha lebih ringan,” kata Magdalena.
Jalan Tol Manado-Bitung mulai dibangun pada 2016 dengan sistem kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Dengan nilai investasi sebesar Rp5,12 triliun, jalan tol ini telah diresmikan pada September 2020 oleh Presiden Joko Widodo. Namun, sementara ini hanya 26,35 km yang sudah beroperasi.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.id