Harga Emas Batangan Antam Turun Rp17.000 Sepekan Terakhir
Ekonomi dan bisnis | 31 Januari 2022, 11:27 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Penurunan harga emas berlanjut di awal pekan ini. Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun pada Senin (31/1/2022).
Berdasarkan data di laman resmi Logam Mulia, harga emas batangan ukuran satu gram Antam berada di R 927.000. Turun Rp1.000 dari harga Minggu (30/1), yang berada di level Rp 928.000 per gram.
Begitu juga dengan harga buyback-nya. Harga buyback emas Antam berada di level Rp829.000 per gram, turun Rp1.000 dibandingkan dengan harga buyback pada Minggu (30/1) yang ada di Rp830.000 per gram.
Berikut harga emas batangan Antam dalam pecahan lainnya per Senin (31/1):
*belum termasuk pajak:
- Harga emas 0,5 gram: Rp513.500
- Harga emas 1 gram: Rp927.000
- Harga emas 5 gram: Rp4.410.000
- Harga emas 10 gram: Rp8.765.000
- Harga emas 25 gram: Rp21.787.000
- Harga emas 50 gram: Rp43.495.000
- Harga emas 100 gram: Rp86.912.000
- Harga emas 500 gram: Rp433.820.000
- Harga emas 1.000 gram: Rp867.600.000
Baca Juga: Ironi, Indonesia Penghasil Sawit Dunia tapi Harga Minyak Goreng Melambung Tak Terkira
Jika dihitung dengan harga emas sepanjang pekan lalu, itu berarti harga emas batangan Antam sudah turun Rp17.000 hingga Senin (31/1).
Lantaran pada awal pekan Senin (24/1) harga emas Antam berada di level Rp944.000 per gram.
Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, anjloknya harga emas di tingkat global maupun domestik, disebabkan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan akan menaikan suku bunga acuan pada Maret 2022.
"Ini yang membuat para spekulan langsung beralih dari yang tadinya ke emas menjadi ke indeks dollar," kata Ibrahim seperti dikutip Kompas.com, Senin (31/1).
Baca Juga: Waduh, Harga Gas Diprediksi Terus Naik Selama 2 Tahun ke Depan
Namun ia meyakini penurunan hanya akan bersifat sementara, sebab ada kondisi geopolitik di global yang bisa memicu kenaikan harga emas.
Ibrahim menjelaskan, jika konflik antara Rusia dan Ukraina memanas dan memicu terjadinya perang di Februari atau Maret, maka kemungkinan besar The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya.
Hal itu akan direspons oleh para pelaku pasar dengan beralih ke emas, sehingga akan membuat harganya kembali meningkat. Ia memperkirakan, ke depannya harga emas akan bisa kembali ke level 1.800-an dollar AS per troy ounce.
"Ini yang sebenarnya akan mengangkat sentimen positif terhadap logam mulia atau emas dunia. Kalau seandainya terjadi geopolitik ini kemungkinan besar harga emas akan melambung kembali, dollar akan kembali melemah," ungkapnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber :