Premium dan Pertalite Dihapus, Pengamat Ingatkan Dampak Buruk Masyarakat Bawah dan Reaksi Pertamina
Ekonomi dan bisnis | 26 Desember 2021, 11:27 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai rencana penghapusan BBM Premium dan Pertalite pada 2022 kontraproduktif dengan upaya pemulihan ekonomi.
Menurut Faisal, penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite bakal menghambat upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional, setelah ditekan pandemi Covid-19.
"Ini kontraproduktif terhadap upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi, apalagi terhadap daya beli masyarakat golongan bawah yang paling terdampak buruk selama pandemi," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal seperti dikutip Tribunnews, Minggu (26/12/2021).
Baca Juga: Premium dan Pertalite Akan Dihapus, SPBU Hanya Jual Pertamax
Menurutnya, penghapusan BBM murah khususnya pertalite akan berpengaruh lebih besar terhadap kelompok masyarakat miskin hingga menengah, yang akhirnya meningkatkan inflasi.
"Akan sangat berdampak pada inflasi, jadi inflasi akan meningkat karena dorongan kebijakan pemerintah (administered prices) atau cost push inflation, bukan inflasi yang disebabkan dorongan permintaan atau kenaikan daya beli masyarakat, ini tentu tidak baik," tutur Faisal.
Oleh sebab itu, Faisal meminta pemerintah untuk mengkaji ulang penghapusan BBM murah, khususnya jenis pertalite dalam menjaga daya beli masyarakat.
"Semestinya yang pertalite tidak dalam waktu jangka pendek dan menengah, dan harus sangat hati-hati mengantisipasi dampaknya," ujar Faisal.
Pertamina Masih Menyalurkan Premium di SPBU
Sementara itu, sampai saat ini, Pertamina masih menyediakan dan menyalurkan bensin Premium dan Pertalite di SPBU.
Hal ini dilakukan karena penugasan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
"Saat ini, sesuai ketentuan yang ada, Pertamina masih menyalurkan Premium di SPBU," ujar Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, dalam pernyataannya.
Adapun terkait penghapusan BBM jenis premium dan pertalite, pihaknya belum menerima keputusan resmi dari pemerintah.
Selain Premium, Pertamina juga masih menyediakan jenis BBM Umum yang meliputi Perta Series (Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo), serta Dex Series (Pertamina Dex dan Dexlite).
Baca Juga: YLKI: BBM Jenis Premium Sudah Pantas Dihapus di Kota-Kota Besar
Alasan Premium dan Pertalite Dihapus
Diberitakan sebelumnya, pemerintah akan menghapus BBM jenis premium dan pertalite sebagai upaya memperbaiki kondisi lingkungan.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Soerjaningsih mengatakan, Indonesia kini memasuki masa transisi di mana BBM RON 90 akan menjadi bahan bakar peralihan menuju BBM yang ramah lingkungan.
"Kita memasuki masa transisi di mana Premium (RON 88) akan digantikan dengan Pertalite (RON 90), sebelum akhirnya kita akan menggunakan BBM yang ramah lingkungan," kata Soerjaningsih dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM, Rabu (22/12/2021).
Penyusunan Roadmap BBM Ramah Lingkungan
Adapun saat ini, pemerintah tengah menyusun roadmap BBM ramah lingkungan. Nantinya Pertalite juga akan digantikan dengan BBM yang kualitasnya lebih baik.
"Dengan roadmap ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax," ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah akan Hapus BBM Premium dan Pertalite, Begini Skemanya
Proses shifting Pertalite ke Pertamax akan diatur sedemikian rupa, agar peralihannya tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
"Sehingga kita juga mencermati volume Pertalite yang harus disediakan untuk masyarakat," ucap Soerjaningsih.
Perubahan dari Premium ke Pertalite akan mampu menurunkan kadar emisi CO2 sebesar 14 persen. Sedangkan perubahan Pertalite ke Premium akan menurunkan kembali emisi CO2 sebesar 27 persen.
Menurutnya, premium saat ini hanya digunakan oleh tujuh negara saja dan volume yang digunakan pun sangat kecil, seiring naiknya kesadaran masyarakat menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik.
Baca Juga: Resmi Naik, Ini Tarif Terbaru Jalan Tol Jakarta-Tangerang
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV