Kenaikan Harga Minyak Goreng Penyebab Inflasi November 0,37 Persen
Ekonomi dan bisnis | 1 Desember 2021, 13:18 WIBSementara itu, BPS mencatat dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 84 kota mengalami inflasi dan sebanyak 6 kota yang mengalami deflasi pada November 2021.
Sintang menjadi kota dengan inflasi tertinggi sebesar 2,01 persen karena adanya kenaikan harga bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,27 persen, telur ayam ras 0,23 persen dan kacang panjang 0,19 persen.
Sedangkan inflasi terendah terjadi di Bima dan Pontianak yaitu sebesar 0,02 persen.
Baca Juga: Ini Syarat Dapatkan Vaksin Booster yang Bisa Cegah Varian Omicron
Selanjutnya deflasi tertinggi terjadi di Kotamobagu yakni sebesar minus 0,53 persen karena adanya penurunan harga daun bawang, ikan cakalang, cabai rawit dan kangkung dengan masing-masing memiliki andil 0,15 persen.
Untuk deflasi terendah terjadi di Tuai yakni minus 0,16 persen.
Kenaikan Harga Minyak Goreng
Harga minyak goreng memang sudah merangkak naik sejak April 2021. Bahkan saat ini ada yang menjual minyak goreng dengan harga Rp21.000 per liter.
Kenaikan harga minyak goreng yang dipengaruhi faktor commodity supercycle, diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun depan.
Baca Juga: Secara Hukum, Wajib Enggak Sih Lunasin Utang Pinjol Ilegal? Ini Penjelasannya
Commodity supercycle merupakan periode di mana harga-harga komoditas mengalami kenaikan dalam waktu panjang. Biasanya periode ini terjadi setelah krisis.
Saat ini, supersiklus komoditas disebabkan pandemi Covid-19, bergesernya masa tanam dan panen, hingga mahalnya biaya pengiriman lewat kontainer.
Untuk menstabilkan harga minyak goreng di pasaran, Kementerian Perdagangan akan menyalurkan 11 juta liter minyak goreng. Minyak goreng murah itu akan dijual oleh 45.000 toko ritel yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber :