> >

Tercekik Harga Solar yang Tinggi, Nelayan Pilih Tak Melaut

Ekonomi dan bisnis | 4 November 2021, 10:06 WIB
Warga yang mengangkut jeriken solar melintas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah, Rabu (3/11/2021). (Sumber: Kompas.id/Kristi Dwi Utami)

Tak hanya di Kota Tegal, ratusan nelayan yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas perikanan kapal berukuran di atas 30 GT di Kota Pekalongan mengeluhkan persoalan serupa.  Mereka berharap harga solar industri perikanan diturunkan.

”Kalau dengan harga sekarang, jatuhnya pemilik kapal dan ABK sama-sama rugi. Biar tidak terlalu rugi, paling tidak harga solarnya Rp 7.000-Rp 9.000 per liter,” tutur Ketua HNSI Kota Pekalongan Imam Menuharun.

Diketahui, d ada sekitar 400 kapal perikanan di Kota Pekalongan. Dari jumlah tersebut, 300 kapal berukuran di atas 300 GT.

Area Manager Communication, Relations, & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho menuturkan, harga yang ditawarkan Pertamina tergolong kompetitif. Perubahan harga solar industri untuk kapal berukuran di atas 30 GT dipengaruhi oleh harga minyak dunia.

”Pertamina menyalurkan bahan bakar minyak nonsubsidi legal kepada nelayan dengan kapal berkapasitas di atas 30 GT dengan tetap mematuhi perpajakan yang berlaku, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB),” terangnya.

Ia melanjutkan, skema penetapan harga dan penjualan produk solar industri atau nonsubsidi adalah kesepakatan business-to-business (B2B) antara PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial dan Trading PT Pertamina dengan mitra bisnis sesuai dengan kontrak yang disepakati.

Baca Juga: Angka Konsumsi Terus Naik Seiring Pelonggaran PPKM, Pertamina Jamin Stok Solar Cukup

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Kompas.id


TERBARU