> >

Ancaman Banjir akibat La Nina, Kementan Siapkan Strategi Selamatkan Petani

Kebijakan | 29 Oktober 2021, 17:15 WIB
Ilustrasi petani menyiapkan lahan dan bibit padi sawah untuk penanaman di Desa Pewunu, Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (5/6/2021). Indonesia akan menghadapi ancaman cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina yang dapat menyebabkan banjir di lahan persawahan. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

Untuk itu, Kementan berusaha memaksimalkan brigade yang sudah mendapat arahan mengenai simulasi penanggulangan banjir dan bencana lain.

"Brigade ini lengkap, mulai dari hama, kekeringan, banjir, maupun menyerap hasil panen jika kadar air tinggi karena kena hujan," beber Suwandi.

"Untuk musim hujan, sudah disiapkan benih-benih tahan genangan, yang mana sampai 15 hari tergenang masih aman. Misalnya Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang," imbuhnya.

Baca Juga: Cerita Petani Tapin Kembangkan Kebun Kopi Arabika dan Robusta Gara-gara Menjamurnya Kafe

Bila gagal panen atau sawah mengalami puso, petani dapat mengajukan klaim asuransi dengan besaran Rp6 juta per hektare. Jika tidak diasuransikan, pemerintah akan memberikan benih gratis.

Selain itu, Kementan juga berusaha melindungi petani dari aspek hilir dengan mengantisipasi kejatuhan harga hingga ketersediaan alat produksi agar ketahanan pangan tetap terjaga.

Mengutip data BMKG, NOAA, dan International Research Institute for Climate and Society pada 2021, Suwandi menjelaskan, fenomena El Nino paling berat dihadapi Indonesia pada 2015.

Sementara itu, La Nina datang pada 2016-2018 dan menyebabkan banjir di lahan sawah. 

Meski begitu, Suwandi mengatakan, La Nina bisa menjadi momentum bagi petani karena ada pasokan air melimpah.

"Pada 2020 akhir masih ada La Nina walaupun lemah. Kondisi sekarang dan proyeksi hingga Juni 2022 sebenarnya normal, tapi di bulan sekarang sudah La Nina meski skalanya lemah," pungkasnya.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU