Harga Minyak Naik, Pertalite Harusnya Dijual Rp11.000
Ekonomi dan bisnis | 26 Oktober 2021, 12:43 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Fenomena Commodity Supercycle menyebabkan harga komoditas naik. Misalnya kenaikan harga minyak sawit mentah membuat harga minyak goreng juga ikut naik.
Kenaikan juga terjadi pada komoditas minyak bumi. Namun, harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia hingga saat ini masih belum naik.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih menyatakan, BBM jenis Pertalite kini seharusnya dijual dengan harga diatas Rp11.000, namun Pertamina masih menjualnya dengan harga Rp7.650 per liter.
"Pertalite ini kan sebenarnya jenis bahan bakar umum secara normal harga Pertalite ini sudah berada di atas Rp11.000 harga keekonomian. Kemudian Pertamina masih tetap harus menjual di harga Rp7.650" kata Soerjaningsih seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa (26/10/2021).
Begitu juga Premium yang seharusnya dijual di harga Rp9.000 per liter, namun masih dijual Pertamina Rp6.450 per liter. Sedangkan tahun ini kuota penyaluran Premium adalah 3,3 juta kilo liter.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng Terus Naik Sejak April, Kini Tembus Rp20.000/Kg
Menurut Soerjaningsih, Pertamina tidak menaikkan harga agar tidak membenci masyarakat yang masih kesulitan akibat pandemi.
Namun, konsekuensinya Pertamina harus menutupi selisih harga karena menjual Pertalite lebih rendah dari harga belinya.
"Terkait dengan berat subsidi BBM, Elpiji ya sudah pasti. Tapi kita memang untuk BBM terkait Premium ini, ada kompensasi. Pastinya selisih harga jual Premium yang Rp 6.450 dengan harga keekonomian sekitar Rp 9.000 ya bisa kita hitung berapa kompensasi yang harus dibayarkan," ujar Soerjaningsih.
Ia menyampaikan, pemerintah akan memberi kompensasi kepada Pertamina atas selisih harga Pertalite dan Premium. Lantaran jika harga BBM dinaikkan, tentu akan memicu inflasi yang membuat harga barang-barang lain juga naik.
"Ini rencananya akan dibahas nanti, bagaimana kompensasi kepada Pertamina. Jadi yang diharapkan oleh pemerintah adalah kenaikan harga BBM ini kan sebenarnya juga mungkin masih sulit diterima oleh masyarakat yang saat ini kondisinya baru mau pulih Covid," tutur Soerjaningsih.
Baca Juga: Pemerintah Cuan Triliunan Rupiah dari Booming Harga Komoditas
"Jadi kemungkinan pemerintah yang kira-kira ngalah lah sama rakyat biar tetap tenang, tidak ada inflasi," lanjutnya.
Hingga saat ini, pemerintah sama sekali belum membuka opsi menaikkan harga BBM meski harga minyak beberapa kali mencapai rekor tertinggi.
Untuk jenis BBM umum (JBU) telah mengikuti harga pasar. Sementara, jenis BBM tertentu (JBT) dan jenis BBM khusus penugasan (JBKP) belum ada pembahasan.
"Jadi yang kalau harga JBU sebenarnya akan naik fluktuatif mengikuti harga pasar. Tapi kalau terkait JBT JBKP, tahu kan JBT itu minyak solar, kalau JBKP Premium belum ada pembahasan," ucapnya.
Baca Juga: Harga Minyak Kembali Cetak Rekor Tertinggi dalam Beberapa Tahun Terakhir
KOMPAS TV sudah meminta keterangan dari Pertamina terkait masalah ini. Namun hingga berita ini ditulis, belum ada jawaban dari Pertamina.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, harga minyak dunia kembali mencatat rekor tertingginya dalam beberapa tahun terakhir, pada perdagangan Senin waktu Amerika Serikat (AS) atau Selasa pagi tadi WIB.
Kenaikan harga itu dipicu terbatasnya pasokan minyak dunia dan meningkatnya permintaan minyak di AS.
Mengutip dari Antara, Selasa (26/10), harga minyak mentah berjangka 'Brent' untuk pengiriman Desember bertambah 46 sen menjadi 85,99 dollar AS per barel di penutupan perdagangan. Namun di tengah sesi perdagangan harga minyak Brent sempat menembus level 86,70 dollar AS per barel, level tertinggi sejak Oktober 2018.
Baca Juga: AJB Tak Diurus Otomatis Jadi Milik Negara, Bener Enggak Ya?
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember ditutup tidak pada level 83,76 dollar AS per barel. Harga WTI di tengah perdagangan sempat mencapai 85,41 dollar AS per barel, tertinggi sejak Oktober 2014.
Goldman Sachs memperkirakan, harga minyak mentah 'Brent' akan mencapai 90 dollar AS per barel di akhir tahun. Baiknya harga gas alam, membuat permintaan minyak meningkat tajam hingga 1 juta barel per hari.
Kenaikan harga minyak juga disebabkan kekhawatiran pasar atas berkurangnya pasokan batu bara dan gas di China, India, dan Eropa. Sehingga mendorong peralihan bahan bakar ke solar dan bensin lainnya untuk pembangkit listrik.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV