Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.000 Triliun, Kata BI Masih Aman
Ekonomi dan bisnis | 15 Oktober 2021, 12:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2021 mencapai 423,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.013 triliun (asumsi kurs Rp14.200). Angka itu tumbuh 2,7 persen dibanding Agustus 2020 (yoy). Kenaikan terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral).
Dari total ULN Indonesia 423,5 miliar dollar AS, sejumlah 207,5 miliar dollar AS adalah ULN pemerintah. Jumlah itu 3,7 persen (yoy). Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur menyatakan, bertambahnya ULN pemerintah karena masuknya arus modal investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Sementara itu, posisi ULN Pemerintah dalam bentuk pinjaman tercatat mengalami penurunan seiring pelunasan pinjaman yang jatuh tempo sebagai upaya untuk mengelola ULN," kata M Nur dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/10/2021).
Ia menjelaskan, ULN pemerintah itu digunakan untuk sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,8 persen dari total ULN Pemerintah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen), sektor jasa pendidikan (16,4 persen), sektor konstruksi (15,4 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (12,5 persen).
Baca Juga: Warga Riau Antre Beli Solar karena Langka, Menteri ESDM: Saya Enggak Tahu, Apa Bocor?
"Posisi ULN Pemerintah aman karena hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN Pemerintah," ujar M Nur.
Sedangkan ULN Bank Sentral meningkat meski tidak menimbulkan tambahan beban bunga utang. Posisi ULN Bank Sentral pada bulan Agustus 2021 naik sebesar 6,3 miliar dolar AS menjadi 9,2 miliar dolar AS.
Peningkatan ini berasal dari alokasi Special Drawing Rights (SDR) yang didistribusikan oleh IMF pada Agustus 2021 kepada seluruh negara anggota, termasuk Indonesia, secara proporsional sesuai kuota masing-masing.
Hal itu ditujukan untuk mendukung ketahanan dan stabilitas ekonomi global dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, membangun kepercayaan pelaku ekonomi, dan memperkuat cadangan devisa global dalam jangka panjang.
Baca Juga: Punya Utang BLBI Rp3,5 Triliun, Besan Setya Novanto Gugat Pemerintah
"Alokasi SDR dari IMF ini pada dasarnya merupakan kategori khusus dan tidak dikategorikan sebagai pinjaman, karena tidak menimbulkan tambahan beban bunga utang dan kewajiban yang akan jatuh tempo ke depan," kata M Nur.
Dalam hal ini, negara anggota yang menerima alokasi SDR akan mendapatkan tambahan likuiditas dalam bentuk cadangan devisa dan sekaligus menambah kewajiban jangka panjangnya dalam jumlah yang sama.
Alokasi SDR dari IMF juga tidak menambah beban bunga utang karena biaya atas kewajiban SDR ditetapkan dengan tingkat yang sama dengan bunga penerimaan cadangan devisa.
Sementara ULN swasta Agustus 2021 turun 1,2 persen (yoy). Hal itu terutama disebabkan menurunnya pertumbuhan ULN lembaga keuangan sebesar 6,0 persen (yoy).
Selain itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga menurun dari 1,4 persen (yoy) pada Juli 2021 menjadi sebesar 0,1 persen (yoy) pada Agustus 2022.
Baca Juga: Faisal Basri: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sampai Kiamat Tidak Balik Modal
Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN swasta pada Agustus 2021 tercatat sebesar 206,8 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 207,4 miliar dolar AS.
"Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 76,6 persen dari total ULN swasta," kata M Nur.
ULN tersebut masih didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,5 persen terhadap total ULN swasta.
Dengan seluruh peningkatan itu, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 37,2 persen. Meningkat dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 36,6 persen.
"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 88,5 persen dari total ULN," ujarnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :