Batubara Mulai Ditinggalkan Investor, Indonesia Justru Pacu Hilirisasi
Ekonomi dan bisnis | 27 September 2021, 10:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah negara investor utama di sektor energi berbasis batubara menyatakan secara serempak untuk beralih mengembangakan energi hijau yang rendah karbon.
Dalam hal ini, Indonesia justru memacu hilirisasi batubara yang bernilai tambah dan diklaim lebih ramah lingkungan.
Diketahui, sebelum China menyatakan tidak akan membangun pembangkit listrik berbasis batubara lagi di luar negeri. Ada Korea Selatan dan Jepang serta negara-negara Eropa yang akan beralih mengembangkan energi hijau.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan, sebagai sumber energi, batubara diproyeksikan masih memainkan peranan penting hingga 20 tahun ke depan.
Pada Kebijakan Energi Nasional, batubara masih akan mengambil porsi sekitar 30 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Data Badan Geologi, per 2021 Indonesia masih memiliki 143,7 miliar ton potensi sumber daya batubara dan 38,8 miliar ton cadangan batubara dengan kalori rendah dan sedang.
Oleh karena itu, proyek gasifikasi batubara menjadi salah satu opsi untuk mengurangi dampak emisi karbon dari batubara sembari tetap mengolah cadangan yang melimpah di Indonesia. Langkah ini berkaitan dengan memacu percepatan hilirisasi batubara agar lebih bernilai tambah dan ramah lingkungan.
Baca Juga: China Hentikan Pendanaan PLTU, Peneliti: Lonceng Kematian Industri Energi Kotor Batubara
”Tentu saja, kontribusi batubara sebagai sumber energi ini tetap harus mempertimbangkan aspek lingkungan yang saat ini menjadi prioritas secara global,” kata Sujatmiko dalam webinar Hilirisasi Batubara untuk Kemandirian Energi, Jumat (24/9/2021) malam.
Adapun, proyek gasifikasi batubara untuk menghasilkan produk substitusi bahan bakar dan bahan baku industri kimia.
Beberapa yang akan segera direalisasikan adalah gasifikasi batubara menjadi bahan bakar gas alternatif dimethyl ether (DME) dan metanol.
Saat ini, ada dua proyek gasifikasi batubara yang sudah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional. Pertama, proyek gasifikasi batubara ke DME oleh PT Bukit Asam (Tbk) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Kedua, gasifikasi batubara ke metanol oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Keduanya ditargetkan mulai berjalan pada 2024-2025.
DME yang dihasilkan dari pengolahan batubara itu akan dijadikan substitusi untuk elpiji sehingga bisa menurunkan impor elpiji. Pada 2030, Indonesia diharapkan mampu memproduksi DME hingga setara dengan 3 juta ton elpiji.
”Kebutuhan elpiji yang terus meningkat dan impor elpiji yang terus membengkak membutuhkan solusi strategis untuk mengurangi beban negara,” terang Sujatmiko.
Baca Juga: Para Aktivis Ungkap Sejumlah Dampak Buruk PLTU Bahan Bakar Batubara
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV