Kerja Sama Mata Uang Lokal, Transaksi Indonesia - China Bisa Pakai Rupiah dan Yuan
Ekonomi dan bisnis | 8 September 2021, 09:34 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Upaya Bank Indonesia (BI) dalam mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS semakin masif.
Hal ini diharapkan menjadi pintu penggunaan mata uang lokal, khususnya dalam transaksi perdagangan antar negara.
Sebelumnya, pada Senin (6/9/2021), BI dan Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) secara resmi memulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal alias Local Currency Settlement (LCS).
Kerangka kerja sama yang dilakukan kedua bank sentral ini meliputi beberapa hal, di antaranya, penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung (direct quotation) dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valuta asing antara mata uang rupiah dan yuan.
Adapun penggunaan LCS, menurut Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono memberikan banyak manfaat langsung kepada pelaku usaha.
Pertama, biaya konversi transaksi dalam valuta asing yang lebih efisien.
Kedua, tersedianya alternatif pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
Ketiga, tersedianya alternatif instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal. Keempat, adanya diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi di luar negeri.
Baca Juga: Kurangi Ketergantungan Pada Dolar AS, Indonesia Perluas Penggunaan Mata Uang Lokal untuk Perdagangan
Kerangka kerja sama ini merupakan bagian dari upaya BI untuk mendorong penggunaan mata uang lokal lebih luas dalam transaksi perdagangan dan investasi langsung dengan negara mitra.
Perluasan penggunaan LCS, diharapkan mampu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, guna mengurangi ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valuta asing domestik.
Apalagi hingga saat ini China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Nilai perdagangan Indonesia-China pada tahun 2020 mencapai 78,37 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia ke China naik 10,13 persen pada 2020, meski impor dari China menurun.
China juga berperan penting terhadap investasi di Indonesia. Realisasi investasi China ke Indonesia tahun 2020 mencapai 4,8 miliar dolar AS, melonjak tajam hingga 95,6 persen, yang menjadikan China sebagai investor terbesar kedua, setelah Singapura dengan realisasi 9,8 miliar dolar AS.
Hingga saat ini, BI telah menjalin kerja sama LCS dengan Jepang, Malaysia, Thailand.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat menyebut, BI akan menggaet Filipina, Korea Selatan dan India dalam kerja sama ini.
Bahkan BI sudah melakukan nota kesepahaman dengan Filipina. Namun demikian, kebijakan ini baru bisa menguntungkan bila para pengusaha tertarik untuk memanfaatkan. Untuk itu, ia mengimbau para pengusaha untuk memanfaatkan LCS.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky menilai, penambahan negara mitra kerja sama LCS akan membawa sentimen positif pada pergerakan nilai tukar rupiah.
Dalam jangka panjang, implementasi LCS juga bisa menjaga nilai tukar rupiah dari dampak negatif adanya pengetatan stimulus moneter (tapering off) AS.
Dengan catatan bahwa implementasinya harus cepat dan adanya kemudahan implementasi bagi para pelaku usaha.
Baca Juga: Perkuat Penggunaan Mata Uang Lokal, BI dan Bank Negara Malaysia Lakukan Kerja Sama
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada
Sumber : Kontan.co.id