> >

5 Fakta Piring Pelepah Pinang, Alternatif Baru Pengganti Styrofoam

Ukm | 27 Agustus 2021, 15:46 WIB
Kekuatan piring pelepah pinang serupa dengan styrofoam, yaitu bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso. Karena kokoh, piring atau mangkuk pelepah tidak mudah sobek. (Sumber: dok. KKI Warsi)

Piring pelepah pinang bisa digunakan kembali maksimal 8 kali. Oleh karena itu, piring pelepah pinang bisa menggeser posisi styrofoam. 

“Namun, hal ini juga tergantung pada proses pencucian. Kalau piring direndam, kemungkinan besar serat piring akan melunak, karena air masuk ke celah-celah piring, sehingga ia tidak lagi kokoh," ujar Ayu.

Baca Juga: Pemerintah Berupaya Menggaet 30 Juta UMKM di Perdagangan Digital

Lebih lanjut, Ayu memberikan tips mencuci piring pelepah pinang yang benar.

"Lebih baik dibasuh menggunakan air, tanpa direndam dahulu. Juga tidak perlu digosok terlalu keras dengan sabun,” kata dia.

Kekuatan piring pelepah pinang diklaim serupa dengan styrofoam yang bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso.

3. Memiliki harga terjangkau

Ayu menjelaskan, kalau piringnya dibentuk seperti styrofoam yang tertutup, artinya memerlukan dua buah piring pelepah yang kemudian ditangkupkan. 

Itu berarti harganya bisa menjadi dua kali lipat. Harga satu buah piring berkisar antara Rp5.000 hingga Rp6.000. 

Harga ini masih terbilang murah, jika dibandingkan harga piring yang dipasarkan melalui toko online.

Sejak mulai menekuni usaha piring pelepah pinang pada November 2020, hingga April 2021 kedua desa ini sudah menjual sekitar 400 buah piring secara total.

Baca Juga: Jokowi: Terbukti Produktif di Tengah Pandemi, Pertanian Indonesia Kini Jadi Sektor Unggulan Ekspor

4. Solusi Ekonomi dan Ramah Lingkungan

Sementara itu,  Koordinator Project KKI Warsi Asrul Aziz Sigalingging mengatakan bahwa dari segi ekonomi, piring pelepah pinang ini sangat membantu masyarakat.

"Inovasi piring pelepah pinang ini telah meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya di tengah berbagai pembatasan terkait penanggulangan pandemi Covid-19," kata Asrul Aziz.

"Di samping itu, kedua desa ini mendapatkan ancaman konversi lahan. Ada wacana bahwa komoditas pinang yang ramah gambut ini akan dialihkan menjadi komoditas tidak ramah gambut, seperti sawit," ucapnya.

Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU