5 Fakta Piring Pelepah Pinang, Alternatif Baru Pengganti Styrofoam
Ukm | 27 Agustus 2021, 15:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah keresahan akibat ancaman perubahan iklim yang disebabkan oleh sampah rumah tangga yang tidak mudah terurai, muncul inovasi baru yakni piring pelepah pinang.
Piring pelepah pinang merupakan karya warga Desa Sinar Wajo dan Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Warga yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Lojo’ Kleppaa dan Kodopi Mitra Madani mulai memproduksi piring pelepah pinang menjelang akhir tahun 2020.
Warga terpaksa putar otak lantaran permintaan dan harga pinang terus menurun selama pandemi Covid-19.
Komunitas Konservasi Indonesia - Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) dan Rumah Jambee melakukan pendampingan terhadap warga dari proses hingga praktik.
"Kami memberi pelatihan terkait proses pembuatan piring, termasuk cara menggunakan alat untuk mencetak, sehingga masyarakat bisa langsung praktik,” kata Ayu Shafira, Fasilitator Komunitas dan Kabupaten KKI Warsi kepada KOMPAS TV, Jumat (27/8/2021).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga mengungkapkan bahwa inovasi ini dinilai telah menghadirkan lapangan kerja baru yang mengedepankan aspek kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Harga Gabah Terus Turun, Pengamat UGM Sebut Petani Berada dalam Posisi Tak Terlindungi
Sandiaga berharap, jika piring pelepah pinang ini semakin dikenal publik, permintaan akan meningkat, sehingga produksinya bisa terindustrialisasi dan harga jualnya bisa lebih rendah.
Berikut fakta piring pelepah pinang yang unik berikut.
1. Solusi limbah pelepah
Sampah dari pelepah pinang jika dibiarkan berserakan di perkebunan dan kemudian mengering, saat musim kemarau sampah pelepah itu akan memicu kebakaran.
Hal itulah yang memunculkan inovasi pelepah pinang yang tidak hanya menjadi solusi limbah namun petani juga diuntungkan.
“Mereka tidak harus membersihkan area perkebunan dari pelepah yang setiap hari berjatuhan dan mengotori kebun. Perajin boleh mengambil dan memanfaatkan limbah pelepah itu sebagai bahan baku, tanpa harus membayar sedikit pun. Jadi, bahan baku yang begitu berlimpah bisa didapatkan secara gratis,” kata Ayu.
2. Bisa Digunakan Ulang
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV