Kebakaran Lahan di NTT, Aliansi Masyarakat: Semua Warga Setempat Harus Diperiksa
Ekonomi dan bisnis | 11 Agustus 2021, 13:26 WIBSUMBA, KOMPAS.TV - Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pulau Sumba Umbu Manurara mengatakan, kebakaran di Pulau Sumba hampir merata.
Kebakaran sengaja dilakukan masyarakat untuk mendapatkan rumput baru bagi pakan ternak. Biasanya kebakaran terjadi di padang-padang penggembalaan.
”Masyarakat paham mengenai dampak dari kebakaran itu, tetapi mestinya terus diberi pengertian. Bila perlu diberi ancaman dan hukuman bagi pelaku pembakaran hutan. Jika terjadi kebakaran di lokasi tertentu, semua warga yang berdiam di lokasi itu diperiksa sampai ada yang mengaku,” kata Manurara.
Sejumlah predator menghilang
Adapun, kebakaran di Pulau itu telah menghilangkan sejumlah predator belalang, seperti jenis burung dan ular tertentu.
Belalang sudah menguasai Sumba Timur dan Sumba Tengah. Saat ini, hewan tersebut sudah memasuki wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Barat.
Jika pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat dari keempat kabupaten di pulau itu tidak melakukan pembasmian secara serentak, belalang kembara itu akan tetap berada di pulau itu, dengan sistem berpindah-pindah lokasi.
Baca Juga: Kebakaran Lahan di NTT Capai 165 Titik Panas, Stasiun Meteorologi: Ada Praktik Pembakaran Ladang
”Saat Pemda Sumba Timur menyemprot dan mengusir koloni belalang di sana, belalang terbang ke Sumba Tengah. Jika diusir di Sumba Tengah, lari ke Sumba Barat, atau sebaliknya. Salah satu cara menghilangkan belalang dari pulau itu ialah pembasmian yang dilakukan secara serentak oleh empat kabupaten itu,” terang Manurara.
Jutaan belalang itu telah merusak tanaman pertanian milik warga. Gagal panen pun dialami para petani setempat akibat serangan hama belalang, selain kekeringan.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Kompas.id