Sekitar 200 Swalayan Tutup di Tahun 2021, Pelaku Usaha Ritel & Mal Harapkan Ada Stimulus
Ekonomi dan bisnis | 23 Juli 2021, 06:44 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Asosiasi peritel memperkirakaan hampir 200 toko swalayan tutup selama Januari-Juni 2021. Usaha yang kian tergerus dan pengusaha sulit bertahan akibat tekanan pandemi Covid-19 memaksa mereka menutup toko. Untuk itu, pelaku usaha ritel dan pusat perbelanjaan berharap pemerintah dapat memberikan stimulus.
Sejumlah alasan diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mande bahwa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat memperberat kondisi peritel modern. Dana cadangan untuk bertahan sudah hampir habis.
Dalam hal ini, ritel modern mencakup pasar swalayan, minimarket, supermarket, hypermarket, dan pedagang grosir.
Hingga kini, Roy mengatakan, sektor swalayan dan mal yang menyerap tenaga kerja hampir tidak mendapat bantuan dan insentif untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Diketahui, sekitar 1.300 toko diperkirakan tutup tahun 2020. Pada 2021, penutupan toko berlanjut.
Selama Januari-Juni 2021 hampir 200 toko swalayan diperkirakan tutup, di mana pada Januari-Maret 2021 terdata ada 88 toko swalayan yang tutup.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Kembali Melonjak, Omzet Ritel Modern dan Pasar Tradisional Makin Memburuk
Tekanan berat di sektor hilir ini dikhawatirkan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan memiliki multiefek di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi mitra peritel.
Berharap ada stimulus
Roy berharap pemerintah menempatkan sektor perdagangan ritel modern sebagai prioritas bantuan atau stimulus. Dengan demikian, peritel dapat merestrukturisasi kredit dan bertahan di tengah pandemi serta melayani kebutuhan pokok dan sehari-hari masyarakat.
”Tidak ada bantuan terhadap sektor swalayan dan mal, sedangkan kami melibatkan banyak mitra dan menyerap tenaga kerja. Jika dibiarkan semakin jatuh, dampaknya akan jauh lebih besar,” kata Roy dalam pertemuan dengan media secara daring, Jumat (22/7/2021).
Roy mengemukakan, untuk mendorong daya tahan sektor ritel dan pusat belanja di tengah pandemi, dukungan pemerintah diperlukan, berupa insentif perpajakan, bantuan operasional subsisdi tarif listrik bagi gerai ritel modern, serta subsidi gaji bagi pekerja dengan upah minimum.
Adapun, indeks penjualan riil (IPR) sempat menunjukkan pertumbuhan positif pada April 2021, yaitu 15,6 persen secara tahunan, sedangkan bulan Mei tumbuh 12,9 persen (yoy).
Pada Juni-Juli 2021, IPR diprediksi turun seiring PPKM darurat. PPKM Darurat tersebut berbarengan dengan siklus penjualan ritel yang umumnya rendah pada bulan Juli lantaran masyarakat cenderung menahan belanja selepas Lebaran dan fokus pada biaya tahun ajaran baru sekolah.
Baca Juga: KSPI Minta Karyawan Giant Bisa Kerja di IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket Tanpa Tes Lagi
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV