> >

Mitra Kurir Protes Insentif Dipangkas, Gojek Kukuh Terapkan Skema Insentif Baru

Ekonomi dan bisnis | 9 Juni 2021, 06:21 WIB
Ilustrasi Mitra Kurir Gojek protes dengan adanya skema insentif baru yang berpotensi menurunkan pendapatan. (Sumber: Dok. Humas Gojek)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Keputusan platform layanan on demand GoTo untuk mengubah skema insentif pengiriman paket berpotensi menurunkan pendapatan harian para mitra kurir di layanan GoKilat.

Perubahan skema insentif atau bonus pengiriman paket kilat GoSend atau GoKilat di wilayah Jabodetabek dan Bandung mulai diterapkan Selasa (8/6/2021) ini. Skema baru itu menghitung bonus untuk mitra kurir GoKilat dengan cara mengalikan insentif per jumlah paket. 

Di wilayah Jabodetabek, untuk pengantaran satu sampai sembilan paket, mitra kurir mendapat bonus Rp 1.000 per paket. Untuk 10-14 paket, bonus yang didapat menjadi Rp 2.000 per paket. Sementara, untuk 15 paket ke atas, bonusnya Rp 2.500 per paket. 

Sedangkan untuk skema yang berlaku sebelumnya, mitra yang mengirim lima paket mendapat bonus Rp 10.000. Berikutnya, pengiriman minimal delapan paket mendapat bonus Rp 30.000, 10 paket bonus Rp 45.000, 13 paket bonus Rp 60.000, dan 15 paket bonus Rp 100.000.

Perwakilan Mitra GoSend Sameday Jabodetabek, Yulianto Wibowo, menuturkan, dengan skema baru itu, pendapatan bonus menurun cukup signifikan.

“Dulu, mitra masih bisa mendapat insentif Rp 100.000 per hari untuk mengantar 15 paket. Sekarang bonus yang didapat hanya Rp 37.500 untuk jumlah paket yang sama,” katanya, Senin (7/6/2021), dilansir dari laman Kompas.id.

Baca Juga: Gojek Beri Tanggapan Soal Aksi Mogok Kerja Driver yang Protes Insentif GoKilat Kecil

Sebelum insentif menurun, dalam kondisi lancar, Yulianto biasanya mengantongi pemasukan kotor berkisar Rp 260.000-Rp 300.000 dengan mengantar 13-14 paket dalam sehari. Dengan skema lama, ia mendapat bonus Rp 60.000 per hari, sisanya didapat dari pendapatan argo per jarak tempuh (Rp 2.000 per kilometer).

Skema insentif baru juga dinilai tidak setimpal dengan beban kerja dan risiko yang dihadapi di lapangan.

Demi menjaga performa dan mendapat bonus, mitra pengantar paket berusaha tidak membatalkan order, meski ada beberapa barang yang sulit diantar karena volumenya terlalu besar untuk diangkut dengan motor. 

”Satu kali saja cancel order, performa bisa turun 5-10 persen. Sementara bonus hanya bisa cair kalau performa kita minimal 80 persen. Akhirnya, mau tidak mau barang tetap diangkut meski berbahaya. Masalah seperti ini, manajemen tidak tahu-menahu,” tuturnya.

Biaya pengisian bensin dan servis motor juga sepenuhnya tanggung jawab mitra. ”Argo per kilometer hanya dihitung saat ke titik antar. Sebaliknya itu ya ’kosongan’ karena order sudah selesai. Derita kami kalau kebetulan harus mengantar paket yang jauh-jauh,” katanya.

Protes

Yulianto menuturkan, pihak perusahaan tidak mengajak mitra kurir berdialog sebelum memutuskan mengubah skema insentif. Manajemen hanya melakukan sosialisasi sepihak atau pengumuman secara daring, pekan lalu.

”Kami ini sebenarnya mitra, tetapi kami tidak diajak berdialog dulu sebelum keputusan diambil,” katanya. 

Setelah aksi protes di media sosial, akhir pekan lalu, manajemen mengajak 10 orang perwakilan mitra kurir untuk mediasi. Mitra pun mengajukan dua opsi.

Pertama membatalkan skema insentif baru dan kembali ke skema lama. Kedua menyeimbangkan perubahan skema insentif itu dengan menaikkan tarif argo per kilometer agar penurunan pendapatan per hari tidak terlalu jomplang.

Namun, mediasi yang diadakan pada Minggu (6/6/2021) itu tidak mencapai titik terang. Pihak perusahaan tetap berkukuh menerapkan skema insentif baru. Per Selasa ini, tarif baru itu pun resmi sudah berlaku.

Baca Juga: Iklan Shopee Ini Dinilai Netizen Ikut Menyebabkan Misinformasi antara Kurir dan Pembeli saat COD

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU