Kinerja Ekspor Meningkat, Sri Mulyani Sebut Ekonomi Mulai Pulih
Ekonomi dan bisnis | 21 April 2021, 07:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kinerja ekspor Indonesia pada Maret lalu menunjukkan pemulihan ekonomi yang kuat di tengah pandemi Covid-19.
Produk non-migas yang mendominasi ekspor, juga menunjukkan adanya pertumbuhan daya saing produk tersebut. Lantaran, biasanya ekspor Indonesia dikuasai produk migas.
"Ini menunjukkan kondisi perekonomian kita mampu untuk terus meningkatkan produk-produk non-migas yang menembus pasar dunia," kata Sri Mulyani dalam acara virtual 'Konferensi 500.000 UMKM Baru', Selasa (20/4/2021).
Baca Juga: Ekspor RI Maret 2021 Capai 18,25 Miliar Dollar AS, Naik 30,47%
Menurut Sri Mulyani, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) punya peran penting dalam meningkatkan ekspor. Bersama pemerintah, GPEI menciptakan ekosistem ekspor nasional yang kondusif.
"Jadi para pengusaha ekspor dapat lebih terintegrasi dan bersinergi melalui wadah GPEI. Dan menciptakan serta menjaga agar para pengusaha bisa saling mendukung menjadi ready and capable for export," jelas Sri Mulyani.
Peran asosiasi di dalam lingkungan industri ini, lanjutnya, juga penting dalam meningkatkan daya saing dan membawa produk Indonesia menembus pasar global.
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Sederet Tantangan UMKM untuk Jadi Eksportir
Kerja sama pemerintah dan pelaku usaha, baik skala kecil maupun besar, akan membentuk sebuah mata rantai penunjang ekspor yang tangguh.
Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya peran lembaga pendidikan dan pelatihan bagi pelaku usaha. Mereka mampu menyiapkan para pengusaha yang berorientasi ekspor dengan menyediakan pelatihan. Terutama bagi industri kecil.
"Ini akan menunjang fondasi ekosistem ekspor Indonesia yang kuat," ujarnya.
Sedangkan peran pemerintah, adalah memberikan dukungan dalam reformasi regulasi seperti penerbitan UU Cipta Kerja, yang memberikan kemudahan berusaha bagi seluruh usaha Indonesia.
Baca Juga: BPS: Impor Vaksin Januari-Maret 2021 Melonjak Sangat Tinggi hingga 1.315%
"Kami memberikan berbagai insentif kemudahan perizinan, memberikan dukungan dalam bentuk penyediaan dana dan pembiayaan ekspor, insentif melalui perbankan maupun lembaga keuangan untuk bisa meningkatkan kinerja ekspor Indonesia," terang Sri Mulyani.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Maret 2021 kembali surplus. Dengan ekspor US$ 18,35 miliar dan impor US$ 16,79 miliar, maka neraca dagang Maret 2021 tercatat surplus US$ 1,57 miliar.
"Nilai impor Maret 2021 sebesar US$ 16,79 miliar. Artinya kalau dibandingkan Februari impor pada Maret naik 26,55%, sementara kalau dibandingkan tahunan yoy (Maret 2020) impor RI naik 25,73%" kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/04/2021).
Baca Juga: Menteri ESDM Sebut Indonesia akan Berhenti Impor BBM dan LPG pada 2030
Suhariyanto menjelaskan, impor Indonesia pada Maret ini naik signifikan karena komoditas migas dan non migas. Untuk impor migas naik hingga 74,74% karena ada kenaikan nilai impor minyak mentah dan hasil minyak.
Secara total, ekspor Januari-Maret 2021 mencapai US$48,90 miliar atau naik 17,11% dari US$41,76 miliar pada Januari-Maret 2020.
Sementara total impor Januari-Maret 2021 mencapai US$43,38 miliar atau naik 10,76% dari US$39,17 miliar pada Januari-Maret 2020.
Dengan data-data diatas, neraca dagang Indonesia berarti sudah surplus selama 3 bulan berturut-turut selama tahun 2021. Neraca dagang Januari surplus US$1,96 miliar, Februari surplus US$ 2,01 miliar, dan Maret surplus US$ 1,57 miliar.
Penulis : Dina-Karina
Sumber : Kompas TV