Bappenas Prediksi Tak Ada Lagi Petani di 2063
Ekonomi dan bisnis | 24 Maret 2021, 06:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) memperkirakan, petani sudah tidak ada pada 2063.
Hal itu terjadi karena pekerja di sektor pertanian yang terus menurun dari tahun ke tahun.
Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia mengatakan, pada tahun 1976 rasio pekerja Indonesia di sektor pertanian mencapai 65,8% dari total jumlah pekerja. Namun, jumlahnya di 2019 tinggal 28%.
Baca Juga: Petambak Garam Minta Pemerintah Jangan Berpihak ke Importir Besar
"Apabila kita menggunakan tren ini dalam perhitungan linear, tentu saja hasilnya cukup mencengangkan, mungkin di 2063 tidak ada lagi yang berprofesi sebagai petani seperti yang kita kenal. Mudah-mudahan hal ini bisa kita lawan," kata Mia seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (24/3/2021).
Menurut Mia, pekerja di sektor pertanian sudah beralih ke sektor lainnya. Terlihat dari pekerja sektor jasa, yang pada 1976 hanya 23,57% menjadi 48,91% di 2019. Pekerja di sektor industri juga meningkat. Dari hanya 8,86% di 1976, menjadi 22,45% di 2019.
Berkurangnya jumlah pekerja sektor pertanian, juga disebabkan makin menyusutnya lahan pertanian. Gelombang urbanisasi mempercepat alih fungsi lahan menjadi hunian di perkotaan.
Baca Juga: Beda Pernyataan Pejabat BPN Soal UU Ciptaker Perparah Alih Fungsi Lahan
Dalam waktu 6 tahun saja, lahan pertanian sudah menyusut 300.000 hektar. Yaitu dari 7,75 juta hektar di 2013, menjadi 7,45 juta hektar di 2019.
Penyusutan itu diperkirakan akan semakin cepat terjadi. Lantaran pada 2045, penduduk yang tinggal di perkotaan diperkirakan mencapai 67,1% atau 68,3 juta orang.
"Itu setara dengan populasi penduduk Thailand di 2017," tambah Mia.
Baca Juga: Mendag: Impor Belum Ada, Masalahnya Gabah Petani Tak Bisa Dijual ke Bulog karena Basah
Berdasarkan riset Bappenas, pembangunan di perkotaan memang berdampak positif bagi perekonomian di sejumlah negara. Yaitu lewat peningkatan pendapatan rumah tangga, peningkatan status gizi anak, serta kemudahan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Di sisi lain, urbanisasi juga meningkatkan angka kemiskinan dan kerentanan pangan. Karena kebutuhan pangan yang naik seiring bertambahnya jumlah penduduk, tidak dibarengi meningkatnya produksi pangan.
"Hal tersebut juga memberikan tekanan pada sistem pangan dalam berbagai bentuk, seperti kelaparan, kekurangan gizi, obesitas juga terjadi," pungkasnya.
Penulis : Dina-Karina
Sumber : Kompas TV