Indonesia Butuh 113 Juta Tenaga Terampil pada 2030
Kebijakan | 19 November 2020, 12:44 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Sebuah studi menyebutkan bahwa pada 2030 Indonesia akan membutuhkan ratusan tenaga terampil.
Demikian disampaikan Direktur Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Sofwan Effendi.
"Sebelum 2045, di 2030 studi mengatakan bahwa Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja terdidik dan ahli juga terampil," kata Sofwan melalui keterangan tertulisnya pada Kamis (19/11/2020).
Karena itu, program Kemendikbud yang sedang dijalankan sekarang yaitu Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan suatu tindak lanjut dari misi besar Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045.
Baca Juga: 325 Tenaga Kerja China Tiba di Kepulauan Riau Bersama 27 WNI
Pada 2045 atau 100 tahun sejak Indonesia merdeka, diprediksi akan ada 309 juta penduduk dengan 52 persen di antaranya berada pada usia produktif.
Menurutt Sofwan, keahlian dan keterampilan hanya bisa dihasilkan melalui pendidikan.
"Ahli dan terampil hanya bisa dihasilkan dari pendidikan, sedangkan terampil hanya bisa didapat dari kombinasi akademik dan praktis. Inilah yang dibutuhkan, komposisi inilah yang harus dilengkapi,” ucap Sofwan.
Karena itu, dibutuhkan gebrakan baru untuk menuju ke arah Indonesia tahun 2045 agar Indonesia menjadi negara yang memiliki daya saing denganan mutu sumber daya manusia (SDM) unggul.
Baca Juga: Surat Terbuka Menteri Tenaga Kerja kepada Pekerja dan Buruh
Menurut Sofwan, para dosen, mahasiswa, dan insan pendidikan lainnya memegang peran penting dalam komposisi SDM di 2045, sehingga perlu dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan tinggi.
Sofwan mengatakan bahwa Ditjen Dikti mendorong peningkatan pengelolaan program studi yang unggul sebab hal tersebut diyakini dapat menghasilkan lulusan dan dosen yang baik.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar program "Unjuk Karya Vokasi (V-Factor) Indonesia" untuk menggiatkan percepatan terwujudnya "link and match".
Baca Juga: Untung Rugi UU Cipta Kerja, Ekonom: Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia Buruk
Ajang ini digelar sebagai perwujudan ruang inkubasi, ruang ekspresi, ruang fasilitasi, dan ruang apresiasi bagi peserta didik vokasi yang inovatif dan kreatif.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, mengatakan gelaran unjuk karya dan kompetensi vokasi Indonesia atau V-Factor diharapkan dapat merespons stigma masyarakat tentang pendidikan vokasi.
“Serta mendorong percepatan lahirnya tenaga-tenaga terampil dan ahli di bidangnya yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0," ujar pada peluncuran program V-Factor di Hotel Sheraton, Jakarta, Senin (16/11/2020). (Iman Firdaus)
Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, KADIN: Daya Beli Menurun, Pengusaha Harus Kurangi Tenaga Kerja
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV