Mengurai Keruwetan Terminologi Resesi (1)
Ekonomi dan bisnis | 5 November 2020, 16:02 WIBJAKARTA, KOMPASTV. Membahas resesi atau kondisi ekonomi sebenarnya tidak terlalu awang-awang. Resesi erat menggambarkan kondisi dapur setiap rumah tangga. Simpelnya, kalau ekonomi kondisi normal makan nasi pakai lauk ikan dan sayur, di masa resesi, kita hanya mampu makan nasi dengan sayur, atau bahkan hanya nasi saja. Tapi, durasi waktunya yang menentukan.
Sudah sejak awal pandemi, ancang-ancang memasuki gerbang resesi banyak didiskusikan. Tetapi, konfirmasi resesi hanya diberikan oleh Badan Pusat Statistik alias BPS, seperti yang dilakukan hari ini.
Baca Juga: Sah! BPS Pastikan Indonesia Resesi
Secara ilmu ekonomi, resesi adalah pertumbuhan negatif, dalam dua kuartal berturut-turut dengan cara, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sederhananya kuartal II 2020 dibandingkan kuartal II 2019, dan kuartal III 2020 dibandingkan dengan kuartal III 2019. Jika hasilnya berturut-turut (kuartal II dan III) negatif, artinya syarat sebuah negara disebut resesi, terpenuhi.
Kenapa Indonesia disebut resesi? Perhatikan grafis di bawah ini yang menjelaskan realisasi resesi:
Mengacu pada hitungan BPS, ekonomi Indonesia kuartal II 2020 (April-Juni, dibandingkan Q2 2019) adalah -5,32 persen. Kemudian di kuartal III (Juli-September dibandingkan dengan Q3 2019) dikonfirmasi BPS hari ini, -3,49 persen. Inilah kenapa Indonesia disebut resesi. Semoga paham dengan penjelasan ini.
Tetapi kemudian muncul pertanyaan, tapi kok BPS bilang ekonomi kuarta tiga ini membaik dibanding kuartal sebelumnya? Katanya resesi?
Perhatikan grafis di bawah ini:
Pernyataan BPS, sebenarnya tidak salah, juga tidak membingungkan. Tetapi kita yang harus memahami secara detil, pelan-pelan. Yang dimaksud naik 5,05 persen, adalah kuartal III 2020, dibandingkan dengan kuartal II 2020, yang saat itu -4,19 persen.
Dari mana angka persen-persenan yang dipaparkan oleh BPS?. Perekonomian Indonesia dihitung berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010. Mengacu hal inilah, maka kuartal III 2020 PDB kita adalah Rp 2.720,6 triliun. Sedangkan kuartal sebelumnya (kuartal II) PDB kita adalah Rp Rp2.589,6 triliun. Dari perbandingan kedua variabel ini, ketemu kalimat: Ekonomi Indonesia secara kuartalan naik 5,05 persen.
"Ada perbaikan pertumbuhan ekonomi di masa ini," kata Suhariyanto, Kepala BPS hari ini.
Penulis : Dyah-Megasari
Sumber : Kompas TV