Pernah "Sewot", Hubungan Dagang Indonesia-AS Mesra Lagi
Ekonomi dan bisnis | 2 November 2020, 10:21 WIBMesra Setelah Sempat “Sewot”
Amerika Serikat di awal pemerintahan Presiden Donald Trump, sempat “sewot” pada Indonesia, karena menyebabkan defisit neraca dagang dengan Sang Adidaya.
“Make America Great Again” bagi Amerika adalah spirit, menunjukkan taring sang Adidaya. Tetapi bagi negara lain, dipersepsikan sebagai gendering perang dagang.
Kita terbang ke 2018, masa panas-panasnya gendering perang dagang ditabuh Donald Trump. Berdasarkan data US Census Bureau, 2018, defisit neraca perdagangan AS hingga Juni 2018 mencapai USD 46,3 miliar, rinciannya nilai ekspor USD 213,8 miliar sedangkan impor lebih besar impor di USD 260,2 miliar.
Berdasarkan besaran defisit neraca perdagangan AS itulah, The United States Trade Representative (USTR) mengidentifikasi 12 negara mitra dagang yang masuk dalam kategori Priority Watch List. Urutan pertama tentu saja Tiongkok, dan Indonesia rupanya masuk ke dalam daftar merah.
Berdasarkan data Census.gov defisit neraca dagang barang AS dengan seluruh negara mitranya pada Juli 2018 meningkat 6,11 persen menjadi USD 73,14 miliar sementara surplus neraca dagang jasa turun 0,57 persen menjadi USD 23,06 miliar.
Di saat yang bersamaan dari Januari-Juli 2018 AS mencatat defisit dagang dari Indonesia sebesar US$ 4,7 miliar.
Yang pasti, “Pengsuaha yang punya orientasi ekspor ke Amerika Serikat, akan sangat diuntungkan dengan kebijakan GSP. Semoga ini jadi sinyal baik juga untuk dalam negeri,” kata Sarman Simanjorang, pengusaha sekaligus Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, kepada KompasTV.
(Dyah Megasari)
Penulis : Dyah-Megasari
Sumber : Kompas TV