Kisah Pilu di Pintu 13 Kanjuruhan: Seperti Kuburan Massal, Banyak Anak Kecil dan Perempuan Meninggal
Bbc indonesia | 4 Oktober 2022, 21:03 WIB"Pintu 13, seperti kuburan massal. Banyak anak kecil, korban kebanyakan perempuan. Saya tak kuat," ujarnya dengan suara tercekat.
Belakangan terungkap bahwa puluhan anak kehilangan nyawa di stadion tersebut.
Pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar, mengungkap sedikitnya 32 anak kehilangan nyawa dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.
"Dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antara mereka adalah anak-anak. Yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun," kata Nahar kepada BBC News Indonesia.
Saat pertandingan berlangsung, Eko Prianto mengaku memilih berada di luar stadion. Meski ia memiliki tiket masuk, dia memilih bersama salah seorang temannya duduk di pelataran luar stadion.
Banyak aparat berjaga, sebagian duduk minum kopi di warung di luar stadion.
Beberapa saat setelah peluit tanda akhir pertandingan, ia mendengarkan suara tembakan sebanyak lima kali. Di Pintu 10, ia mendengar suara jeritan dan gedoran pintu. Ia bergegas menuju Pintu 10. Di sana para penonton terlihat membuka paksa pintu dan dia menemukan puluhan orang lemas dan pingsan.
"Saya berusaha menolong, membopong korban. Ternyata jumlah korban semakin banyak,' katanya.
Eko tiba-tiba teringat banyak saudara dan tetangganya yang menonton di Pintu 13.
Di Pintu 13, sebagian penonton berusaha menjebol "angin-angin" alias ventilasi pada tembok di samping pintu. Mereka berusaha keluar dan berdesak-desakan.
Ia berusaha membuka pintu yang terbuat dari besi, namun gagal. Eko berlari menemui aparat Kepolisian dan TNI yang berjaga untuk meminta bantuan membuka pintu. Dia juga meminta bantuan petugas medis. Namun upayanya itu sia-sia.
"Tidak dibantu, saya malah nyaris dipukul aparat," ujarnya. Ia lantas masuk lewat pintu utama dan meminta bantuan petugas dan panitia untuk membantu evakuasi di Pintu 13.
Akhirnya, ia bisa membantu evakuasi korban dari dalam. Sejumlah penonton yang tergeletak diangkat ke dalam ruangan.
"Semua pintu keluar tertutup, kecuali Pintu 14," katanya. Ia menanyakan mengapa pintu keluar ditutup. Padahal setiap pertandingan, 15 menit sebelum pertandingan selesai, pintu keluar dibuka.
Mengenai pintu keluar yang tertutup, juru bicara Arema FC, Sudarmaji, enggan berkomentar panjang. Ia menyerahkan semua pada penyelidikan dan investigasi yang dilakukan polisi.
"Soal pintu ditutup atau dibuka kami serahkan kepada tim investigasi," kata Sudarmaji. Ia juga membantah jumlah penonton yang melebihi kuota atau kapasitas stadion.
Alasannya, tiket yang diedarkan sesuai kapasitas penonton.
Sebelumnya Menko Polhukam, Mahfud MD, mengungkap tiket yang dijual 42.000 sementara kapasitas stadion adalah 38.000.
Presiden Klub Arema FC, Gilang Widya Pramana, menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban atas kejadian tersebut. Ia mengaku tidak menyangka akan terjadi insiden kerusuhan yang menyebabkan 125 meninggal.
"Syok, sedih dan menyesalkan kejadian ini. Banyak korban. Saya siap bertanggung jawab, kami berikan santunan meski tidak bisa mengembalikan nyawa," katanya.
Gilang menyampaikan siap menerima sanksi Komisi Disiplin PSSI yang menjatuhkan sanksi larangan bermain selama semusim.
Manajemen Arema juga mengatakan akan kooperatif dengan investigasi tim pencari fakta independen yang mengusut tuntas insiden ini.
---
Penulis : Redaksi-Kompas-TV
Sumber : BBC