Pilihan Posisi Indonesia Bikin Ukraina dan Rusia Kecewa sekaligus Berharap: Dilematis!
Bbc indonesia | 17 Maret 2022, 20:47 WIBTujuan kami bukan untuk mengokupasi Ukraina, bukan untuk menghancurkan Ukraina.
Hamianin: Saya mendengarkan pidato Bung Tomo di Surabaya. Dan setiap kata yang ia ucapkan, setiap kata-katanya itulah yang tengah terjadi di Ukraina. Tuntutan untuk menyerah, tuntutan untuk mengibarkan bendera putih, tuntutan untuk demiliterisasi, semua tuntutan itu.
Lalu apa yang terjadi? Faktanya, seluruh negeri, orang-orang berbagai usia, bukan hanya dari kalangan polisi atau militer, mereka datang untuk mempertahankan negeri. Lalu apa yang terjadi? Mereka menang. Mereka mengalahkan musuh yang sangat kuat.
Inilah yang akan terjadi di Ukraina, cepat atau lambat. Karena ini adalah perang. Kami menyebutnya perang patriotik. Ini adalah perang untuk mempertahankan tanah air. Seluruh negeri tengah bertarung.
Itulah yang akan terjadi. Hingga tentara terakhir Federasi Rusia mati di tanah Ukraina, atau diusir ke Rusia. Jika itu tidak terjadi, perang ini akan terus berlanjut.
Bagaimana Anda melihat posisi yang diambil oleh Indonesia?
Hamianin: Pernyataan yang dibuat Indonesia, pada hari ketiga atau keempat agresi militer, ketika banyak warga sipil sudah menjadi korban, pernyataan ini lemah. Sang agresor tidak disebut. Saya tidak melihat ada nama Rusia dalam pernyataan itu.
Saya pikir, pada situasi seperti ini, di saat malapetaka militer tengah terjadi, malapetaka kemanusiaan tengah terjadi, kejahatan perang dilakukan dalam skala besar di Ukraina, saya harap setiap bangsa, setiap bangsa dengan niat baik, terutama bangsa besar Indonesia yang tahu harga besar untuk kemerdekaan, yang tahu apa yang telah dilalui untuk mencapai kemerdekaan.
Setiap bangsa harus angkat bicara dan mengutuk agresi ini. Tidak hanya mengutuk agresi apa adanya, tapi juga menyebut sang agresor menyebut nama penjajah.
Anda bisa netral. Hal itu baik untuk kemanan dan perdamaian, tapi Anda tidak bisa abai. Pengabaian dan netralitas, tolong jangan campurkan keduanya.
Dengan menjadi netral, tidak berarti Anda tidak mengutuk agresi. Menjadi netral bukan berarti Anda tidak mengirimkan bantuan kemanusiaan atau lainnya.
Menjadi netral berarti Anda tidak berpartisipasi dalam konflik secara langsung; Anda tidak mengirim pasukan atau senjata. Saya mengerti itu, karena kami menghindari mengorbankan lebih banyak jiwa. Tapi Anda bisa melakukan hal lain, dan tetap netral.
Karena, jika Anda mengutarakan dukungan pada Rusia, Anda mendukung pembunuhan. Jika Anda mengutarakan dukungan pada Putin, Anda mendukung pembunuhan.
BBC News Indonesia: Indonesia tahun ini memimpin G20, apa yang menurut Anda yang bisa Indonesia lakukan terkait situasi di Ukraina?
Hamianin: Salah satu sanksi yang dapat dijatuhkan adalah pengucilan Rusia dari organisasi internasional yang penting itu, boikot Rusia dari pertemuan internasional. Ini yang kami harapkan juga dari G20. Anda bisa katakan pada Rusia, sampai Anda menghentikan peperangan di Ukraina, Anda tidak akan diterima di G20.
Vorobieva: Saya kecewa dengan keputusan pemerintah Indonesia, yang kami pandang sebagai mitra dan teman baik, menjadi salah satu pendukung resolusi [Majelis Umum] PBB mengutuk Rusia sebagai agresor. Tapi kami masih melihat Indonesia sebagai teman dan mitra, dan saya harap situasi ini tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral kita.
Saya harap Indonesia tidak akan mengikuti reaksi histerikal [negara-negara lain] karena reaksi Barat itu di luar akal sehat.
Baca juga:
- Tindakan apa saja yang termasuk kejahatan perang?
- Apa dan siapa saja kaum oligarki, kelompok super kaya yang juga terkena sanksi Barat
Bagaimana dengan sanksi dan pengucilan terhadap Rusia?
Vorobieva: Anda tidak bisa berkata 'sanksi oleh seluruh dunia.' AS dan sekutunya bukanlah seluruh dunia. Mayoritas negara dunia tidak ikut serta dalam penerapan sanksi.
Terdapat beberapa aspek dalam situasi ini. Pertama-tama, sanksi-sanksi tersebut konyol dan tidak sah. Barat bersikap seperti bandit. Saat mereka membekukan aset bank sentral kami, itu adalah pencurian.
Saya tidak berkata bahwa sanksi tidak akan menyakiti kami, tentu kami akan menghadapi kesulitan. Tapi kami telah belajar dari masa lalu. Kami akan melakukan apapun yang bisa kami lakukan untuk membuat perekonomian Rusia tidak bergantung pada mitra barat kami.
Pada 2014, ketika sanksi diberlakukan pada kami, hal yang baik dari itu adalah kami mengembangkan pertanian kami. Sebelum 2014, kami sangat bergantung pada impor bahan makanan dari negara-negara asing. Sekarang kami telah mandiri.
Apa harapan Anda bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia?
Vorobieva: Perang bukanlah kemauan kami, bukan pilihan kami. Tapi saya bisa yakinkan Anda, dengan melancarkan operasi militer ini, kami berusaha mencegah tragedi yang lebih besar lagi. Dan tentunya kami mau perdamaian, kami mau hidup damai dengan Ukraina, dengan tetangga kami, saudara kami.
Namun terkadang jika telah menggunakan semua cara, Anda harus mengambil cara yang drastis.
BBC News Indonesia: Apakah menurut Anda dukungan dan bantuan dari Indonesia dapat berdampak pada kondisi di negara Anda?
Hamianin: Tentu saja! Setiap suara berarti. Setiap negara berarti. Dan Indonesia adalah negara besar. Bangsa besar dengan sejarah, masa lalu dan masa depan yang berjaya. Indonesia tidak hanya pemimpin regional, tidak hanya pemimpin di ASEAN, tapi juga benteng bagi perdamaian dan stabilitas ASEAN dan sekarang Indonesia menjadi salah satu kekuatan global.
Tolong pikirkan dengan sangat hati-hati, agar Anda tidak merasa malu akan siapa yang Anda dukung.
Seorang humanis dari Polandia, Bruno Jasie ski, mengatakan 'Jangan takut akan musuhmu, hal terburuk yang bisa ia lakukan adalah membunuhmu. Jangan takut akan temanmu, hal terburuk yang bisa ia lakukan adalah mengkhianatimu.
Takutlah pada pengabaian, takutlah pada mereka yang tidak peduli. Karena, akibat persetujuan dalam diam, pembunuhan dan pengkhianatan terjadi di dunia ini.'
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : BBC