Cerita Pekerja Migran Indonesia Kena Covid di Hong Kong: Diintimidasi Majikan dan Ditelantarkan
Bbc indonesia | 19 Februari 2022, 22:34 WIBSejumlah pekerja dipecat oleh majikannya setelah dinyatakan positif, sehingga mereka terpaksa tidur di luar. Sebagian lain tidak bisa dirawat di rumah sakit karena tak punya pekerjaan.
Eni mengatakan ia mendapatkan kontak dari para pekerja Indonesia yang dites positif dan perlu bantuan. Ia mengatakan sempat mengontak fasilitas kesehatan namun tak berhasil sebelum mengontak Konsulat Jenderal Indonesia.
Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dari Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan "delapan pekerja migran Indonesia yang kesulitan mendapat lokasi karantina mandiri telah difasilitasi KJRI Hongkong."
"Berbagai langkah pelindungan telah dilakukan antara lain: memfasilitasi tempat tinggal untuk karantina mandiri, memberikan bantuan logistik, memastikan akses layanan kesehatan bagi PMI berkoordinasi dengan otoritas kesehatan Hong Kong, mengingatkan kepada semua majikan dan agen untuk memastikan terpenuhinya hak hak ketenagakerjaan PMI," tambahnya.
Tak ada hari libur bagi pekerja selama pandemi
Eni Lestari mengatakan selama pandemi, para pekerja rumah tangga yang bekerja keras membantu para keluarga di Hong Kong, justru "ditelantarkan" dan "dibiarkan."
Eni juga mengatakan dalam dua tahun pandemi, pekerja rumah tangga mengalami beban kerja berlipat dan banyak pekerja yang tidak mendapat hari libur untuk beristirahat.
"Lebih dari 70% tak boleh libur. pemerintah setempat mengeluarkan pernyataan dan meminta para PRT untuk tetap di rumah. Kami tak punya rumah, dan teman-teman stres kalau tak keluar rumah," kata Eni kepada BBC News Indonesia.
"Pekerja migran juga tak punya tempat tidur (di rumah majikan), tidur bersama dengan orang tua atau anak (yang diasuh), atau tidur di lantai. Yang pasti kalau di rumah berarti tak bisa istirahat dan beban kerja berlipat, masak jadi lebih sering karena semua anggota keluarga di rumah," tambahnya.
Saat ini terdapat lebih dari 370.000 pekerja migran yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT), sebagian besar berasal dari Indonesia dan Filipina. Pada umumnya mereka tinggal satu rumah dengan keluarga majikan.
Dolores Balladares Pallaez dari Asian Migrants Coordionating Body, kelompok buruh migran lain juga menyuarakan hal senda.
"Bagi kami, tinggal di rumah artinya kami harus bekerja," kata Dolores.
Koalisi pekerja migran ini juga mengatakan polisi Hong Kong sering kali menerapkan denda setiap akhir pekan bagi para PRT yang menikmati hari libur di luar rumah, dengan denda lebih tinggi dari gaji bulanan mereka.
"Sudah sekitar 17 orang yang terkena denda," kata Eni.
Angka penularan Covid di Hong Kong pada Jumat (18/02) tercatat mencapa 3.629 kasus baru dengan tambahan 7.600 kasus lain. Sebelum gelombang varian Omicron melanda, Hong Kong mencatat 12.000 kasus selama pandemi sejak awal 2020.
Pemimpin Hong Kong, Carie Lam mengatakan Jumat (18/02) kasus omicron belum sampai pada puncaknya dan diperlukan tiga bulan untuk menstabilkan pandemi yang sejauh ini telah menyebabkan rumah sakit kewalahan.
"Pemerintah kami perlu fokus untuk penanganan pandemi," kata Lam dalam jumpa pers setelah peningkatan pesat minggu ini sebesar 60%.
Fasilitas karantina di Hong Kong dan keterisian tempat tidur mencapai 95%, dengan sejumlah pasien, termasuk orang lanjut usia ditempatkan di luar, dalam kondisi udara dingin dan terkadang hujan.
Pemerintah Hong Kong berupaya mencari ribuan kamar hotel dan blok perumahan tak terpakai untuk karantina dan juga rumah sakit- rumah sakit sementara.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Fadhilah
Sumber : BBC