Cerita Pekerja Migran Indonesia Kena Covid di Hong Kong: Diintimidasi Majikan dan Ditelantarkan
Bbc indonesia | 19 Februari 2022, 22:34 WIBPara pekerja rumah tangga di Hong Kong "ditelantarkan" di tengah gelombang naiknya varian Omicron di wilayah itu. Sebagian ada yang terpaksa tidur mengemper dan lainnya tidak mendapat penanganan layak setelah dites positif, menurut koalisi organisasi pekerja migran.
Saat ini Hong Kong menghadapi gelombang parah virus corona dengan jumlah ribuan kasus tercatat per hari sementara rumah sakit rumah sakit dalam kapasitas penuh.
Koalisi organisasi yang mewakili para pekerja migran mengatakan di tengah kondisi pandemi yang sulit, beban kerja mereka semakin banyak.
Seorang pekerja Indonesia - yang terkena Covid - mengatakan "ia mengalami intimidasi" verbal dari majikan walau kena Covid dan harus menunggu lima hari untuk dapat masuk fasilitas karantina.
Baca juga:
- 'Mereka digeledah, ditelanjangi, dipukul', cerita WNI yang menjadi 'trainer' agen perekrut pembantu di Malaysia.
- Cerita pekerja migran Indonesia di tengah wabah virus corona: Dari tidak digaji, di-PHK, susah beli alat sikat gigi hingga tidur di atas lemari
- 'Kamu hanya pembantu', makian orang di Hong Kong yang sering dihadapi pekerja migran
WNI yang hanya ingin disebut inisialnya, SY, saat ini tengah dikarantina, lima hari setelah dinyatakan positif.
"Saya kena Covid tapi menghadapi intimidasi dari majikan secara verbal. Saya dituduh menulari nenek di keluarga itu, tanpa memikirkan kenapa saya bisa sampai tertular," kata SY yang telah bekerja di Hong Kong selama 12 tahun dan masih berada di karantina.
Dia mengaku selama pandemi tidak diperbolehkan majikannya untuk libur. Dia akhirnya mendapat libur setelah terus memintanya.
Namun, lanjut SY, majikannya belakangan menyalahkannya karena menyangka dia tertular Covid saat mengambil hari libur untuk beristirahat di luar rumah majikan.
"Tapi mereka tidak berpikir saya juga belanja ke pasar yang banyak orang dan berdesak-desakan, dan virus bisa menular ke siapa pun. Saya ambil hari libur karena hanya ingin istirahat dan bertemu teman-teman saya karena saya merasa stres. Bahkan untuk telepon teman atau keluarga, saya harus menunggu malam hari, pada saat saya sudah dalam kondisi capek sekali," tambah SY kepada BBC News Indonesia.
Ia mengatakan sebelum mendapat tempat di karantina, dia tetap menginap di rumah majikan dan ditempatkan di kamar tak layak yang hanya beralas tripleks.
SY juga mengatakan saat ini hanya ingin memikirkan kesehatan terlebih dahulu dan siap "menghadapi risiko karena bisa saja dipecat."
Baca juga:
- Dampak virus corona: Pekerja migran Indonesia sulit mendapatkan masker dan harus 'bekerja ekstra' di Hong Kong
- 'Wajah bengkak, luka bakar, gigitan anjing' - Upaya mencari keadilan bagi Adelina Lisao
- TKI ilegal asal Indonesia di China: 'Tak digaji, ditipu agen, hingga punya dua anak'
Sementara itu, seorang pekerja migran asal Filipina bernama J, terpaksa tidur di taman di tengah suhu dingin setelah dites positif Covid.
Perempuan berusia 35 tahun itu ditolak perpanjangan visanya dan tinggal di taman Yau Ma Tei sejak dinyatakan positif Selasa (15/02).
Ia mendapat bantuan tenda dan makanan setelah mengontak Hong Kong Federation of Asian Domestic Workers Union (FADWU) dan akan dipulangkan ke Filipina, Rabu (23/02) mendatang, seperti dilaporkan HKFP.
Cerita dua pekerja migran tadi merupakan rangkaian dari berbagai kasus yang menimpa para pekerja rumah tangga (dari berbagai negara, termasuk Indonesia), kata Eni Lestari, ketua International Migrants Alliance dan pengurus Jaringan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Fadhilah
Sumber : BBC