Kemitraan Strategis Indonesia Filipina Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik Berkelanjutan di ASEAN
Advertorial | 30 Maret 2023, 14:30 WIBRoadshow ini juga menyoroti peluang besar untuk program regenerasi hutan, mengingat Indonesia dan Filipina memiliki sumber daya hutan yang signifikan, masing-masing sekitar 91,2 juta dan 23,3 juta hektar.
Kedua negara akan mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan kredit karbon, melihat nilai pasar karbon diperkirakan yang akan mencapai US$ 50 miliar pada tahun 2030. Pada dasarnya, kawasan ASEAN memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang ini.
“Dengan pembentukan program warisan ASEAN-BAC Net Zero dan Carbon Center of Excellence, yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem untuk pengembangan pasar net zero dan karbon, Indonesia dan Filipina dapat lebih memanfaatkan sumber daya hutan mereka secara signifikan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan." tambah Bernardino Vega, Wakil Ketua ASEAN-BAC.
Selama roadshow, delegasi ASEAN-BAC telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan utama termasuk Ibu Negara Filipina Louise Araneta-Marcos, Penasehat Presiden Bidang Investasi dan Ekonomi Frederick Go, dan Sekretaris Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR) Antonia Loyzaga.
Selain itu, ada juga Sekretaris Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DICT) Ivan John Uy, D, Renren Reyes, Presiden dan CEO GXI, CMO G Cash, Cezar P. Consing, Presiden dan CEO Ayala Corporation, SERTA pemangku kepentingan lainnya.
Delegasi dari ASEAN-BAC yang ikut dalam roadshow ini antara lain, Ketua ASEAN-BAC Arsjad Rasjid, , Ketua Alternatif ASEAN-BAC Bernardino Vega, Anggota Dewan ASEAN-BAC Maspiyono, Direktur Eksekutif Sekretariat ASEAN-BAC Gil Gonzales, dan Ketua Program Warisan ASEAN-BAC untuk ASEAN QR Code Pandu Sjahrir.
Indonesia Bawa Kerjasama Hilirisasi Produksi EV Dan Baterai di Filipina
Indonesia dan Filipina memiliki cadangan nikel terbesar terbesar di dunia. Kedua negara memiliki sekitar 33-40 persen dari cadangan bijih nikel di seluruh dunia.
Arshad mengatakan, Indonesia dan Filipina memegang posisi kuat dalam hal cadangan bijih nikel global. Hal ini memberikan dasar kuat untuk bekerja sama dan menjadi pemimpin dalam ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai, baik di ASEAN maupun di dunia.
Dengan kerja sama yang lebih erat, kedua negara berpotensi meningkatkan produksi nikel dunia hingga mencapai 50 persen. Selain itu, potensi cadangan mineral lain untuk kendaraan listrik juga menjadi sorotan, sehingga ASEAN bisa menjadi pusat rantai pasok kendaraan listrik.
Lewat pertemuan tersebut, Indonesia menekankan pentingnya hilirisasi untuk keberhasilan pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai. Indonesia mencatat prestasi luar biasa pada sektor pertambangan, khususnya ekspor nikel dalam bentuk besi dan baja, nikel matte, dan mixed hydrate precipitate, dengan nilai ekspor sebesar US$20 juta.
Pencapaian besar lainnya yaitu hilirisasi nikel Indonesia yang berhasil meningkatkan nilai tambah komoditas dari US$1,1 miliar menjadi US$20,8 miliar pada tahun 2021.
Contoh keberhasilan ini membuat Indonesia mendorong Filipina untuk bisa ikut andil berpartisipasi dalam kesuksesan hilirisasi industri kendaraan listrik dan baterai di kawasan ASEAN.
“Kesuksesan Indonesia di industri kendaraan listrik dan baterai dapat dikaitkan dengan adanya peran penting hilirisasi yang memungkinkan pengembangan ekosistem yang kuat di sektor tersebut. Dengan berbagi pengalaman kami bersama Filipina, kami berharap dapat memperkuat kemitraan antara negara kita dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini.” tambah Arsjad.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV