Dukungan Bank Syariah Indonesia dalam Membangun Industri Makanan & Minuman Halal di Indonesia
Advertorial | 3 Oktober 2022, 13:27 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berupaya membangun Islamic Ecosystem di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan BSI adalah menjadikan industri makanan dan minuman halal sebagai sektor halal prioritas untuk dikembangkan melalui pembiayaan tepat guna sekaligus tepat sasaran.
Menurut Direktur Treasury & International Banking BSI Moh. Adib, status Indonesia sebagai The Largest Muslim Population in the World tentunya menjadi berkah tersendiri.
Adib menambahkan, Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi prominent leader, key player, bahkan menjadi trend setter dalam berbagai upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di kancah global.
Hal tersebut disampaikan Adib dalam diskusi daring bertema “Membangun Industri Makanan & Minuman Halal Dalam Negeri serta Dukungan Perbankan Syariah” yang diselenggarakan BSI Institute, Senin (26/9).
“Besarnya potensi bisnis industri makanan dan minuman halal ini menjadikan industri tersebut salah satu sektor halal prioritas untuk dikembangkan terlebih dahulu,” kata Adib.
“Tidak hanya dari sudut pandang besarnya kebutuhan atau demand akan produk makanan dan minuman halal, tetapi juga karena pengembangan sektor makanan dan minuman ini menjadi salah satu upaya dalam mendukung penguatan ketahanan pangan,” sambungnya.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Siap Danai Industri Makanan Minuman Halal, Mulai dari Hulu hingga Hilir
Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini menempati urutan ke-4 dalam indikator ranking ekonomi Islam dunia dari laporan State of the Global Islamic Economy Report 2022.
Sementara itu, besarnya potensi ekonomi syariah di Indonesia terbukti dengan nilai industri halal Indonesia, khususnya industri makanan dan minuman.
Menurut laporan Indonesia Halal Markets Report 2021/2022, industri makanan dan minuman memiliki market size terbesar di dunia, yaitu mencapai U$135 miliar atau di kisaran Rp1.958 triliun.
Meski demikian, Indonesia masih berada pada posisi kedua di bawah Malaysia pada pemeringkatan segmen halal food pada Global Islamic Economy Indicator Score 2022.
Namun, pengembangan industri makanan dan minuman halal di Indonesia bukanlah tanpa tantangan.
Saat ini, industri pengolahan nasional secara umum masih bergantung pada impor. Sekitar 71 persen dari total impor Indonesia merupakan impor bahan baku dan barang antara atau pendukung industri pengolahan, termasuk pengolahan makanan dan minuman.
Bagi industri pengolahan makanan, ketergantungan atas bahan baku impor akan memunculkan isu terjamin atau tidaknya kehalalan bahan baku tersebut.
Hal ini tidak sejalan dengan pengembangan industri makanan dan minuman halal yang sangat bergantung pada halal tidaknya seluruh proses produksinya, termasuk jaminan halal di sepanjang supply chain dari hulu hingga ke hilir.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV