Merapah Pesona Danau Toba, Destinasi Super Prioritas Kelas Dunia #DiIndonesiaAja
Advertorial | 15 Mei 2022, 16:38 WIB
KOMPAS.TV - Pengembangan dan promosi lima destinasi #DiIndonesiaAja menjadi fokus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Lima destinasi yang tergabung dalam Destinasi Super Prioritas yaitu Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara).
Kali ini, Rezha Disastra dan Steffy Ai akan mengajak Anda berwisata virtual ke Danau Toba, Sumatra Utara pada program Jalan-Jalan episode 2.
Selain dikenal berkat keindahan danaunya, masih banyak potensi wisata budaya dan kuliner untuk dieksplorasi.
Tips bepergian saat pandemi
Bepergian saat pandemi Covid-19 memang memerlukan kehati-hatian dan persiapan ekstra.
Agar perjalanan tetap aman dan nyaman, ada sejumlah tips yang perlu Anda perhatikan.
Sebelum bepergian, Anda harus memastikan tubuh dalam kondisi sehat. Selain menyiapkan bawaan pribadi esensial, siapkan juga botol minum, masker cadangan, dan hand sanitizer. Jangan lupa untuk selalu menaati protokol kesehatan yang berlaku.
Anda juga perlu memastikan tujuan wisata telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Ceklah tempat wisata tersebut apakah sudah telah tersertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment).
Menikmati pesona dan keseruan di Danau Toba
Danau Toba bisa ditempuh menggunakan jalur darat, laut, ataupun udara. Jalur udara menggunakan pesawat tergolong paling umum dan banyak diminati.
Anda bisa turun di bandara Silangit di daerah Siborongborong. Selanjutnya, Anda bisa menyewa mobil atau menggunakan transportasi umum seperti bus DAMRI.
Baca Juga: Selain Nikmati Alam, Ini Alasan Lain Presiden Jokowi Pakai Motor saat Kunker ke Kawasan Danau Toba
Jika Anda berencana pergi ke wilayah Toba Samosir di Sumatera Utara, The Kaldera Nomadic Escape bisa dijadikan pilihan. Wilayah yang dikelola Badan Pelaksana Otorita Danau Toba ini menyajikan pemandangan memesona langsung menghadap Danau Toba.
Anda bisa langsung melihat danau vulkanik tersebut dari ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut. Pesona pemandangan di sini juga bisa dinikmati sambil melakukan trekking ringan di bawah pepohonan rindang.
Wilayah dengan luas hampir dua hektar ini juga dilengkapi amphiteater yang cukup luas. Berbagai kegiatan komunitas lokal pun kerap dilakukan di tempat ini.
Selain pesona pemandangannya, The Kaldera Nomadic Escape juga menyediakan pengalaman camping yang menarik. Pengunjung bisa meniginap di bubble tent atau nomadic cabin yang langsung menghadap ke arah lembah di Danau Toba.
Tidak hanya itu, The Kaldera Nomadic Escape juga menyerap tenaga kerja dari warga sekitar. Mayoritas pekerja di sini adalah warga lokal yang dibina oleh Kemenparekraf.
Sebelum memasuki wilayah The Kaldera Nomadic Escape, pengunjung diminta mencuci tangan dan memindai QR Code melalui PeduliLindungi. Pengunjung juga diwajibkan selalu mengenakan masker dan menaati protokol kesehatan selama berwisata.
Di wilayah The Kaldera terdapat sepasang kursi dan satu meja bulat yang berhasil mencuri perhatian. Spot ini mendadak viral sejak Presiden Joko Widodo bersama Ibu Iriana berfoto di sela kunjungan presiden 2019 lalu.
Foto tersebut kemudian diunggah ke berbagai media sosial. Sejak saat itu, spot ini banyak dicari wisatawan dan akhirnya diberi nama Jokowi Point. Dari Jokowi Point Anda akan mendapatkan pemandangan Danau Toba dan Pulau Samosir yang memesona.
Setelah lelah berwisata seharian, Anda bisa mencoba camping di tenda yang tersedia. Anda tidak perlu khawatir karena sebelum ditempati tiap tenda sudah dibersihkan dan disemprotkan cairan disinfektan.
Keesokan harinya, Anda akan disambut udara sejuk dengan matahari terbit yang cantik. Agar tubuh terasa segar, tidak ada salahnya mengawali hari dengan mencicipi kopi khas Toba.
The Kaldera juga menawarkan atraksi seni berupa tarian khas Batak yaitu tari tortor Sulaman. Tarian ini menceritakan persaudaraan orang Batak dan menggambarkan kebudayaan Batak modern tanpa meninggalkan ciri khas tortor.
Jika ingin merasakan aktivitas yang lebih menantang Anda bisa mencoba mengendarai ATV. Tenang saja, pemula akan didampingi pemandu, terutama saat melintasi track ekstrem.
Menjelajah Desa Wisata Tipang
Pada November 2021, Menteri Kemenparekraf Sandiaga Uno berkesempatan mengunjungi Desa Tipang. Desa wisata ini berhasil masuk nominasi "50 Desa Anugerah Wisata Indonesia 2021" berkat keindahannya.
Sebelum sampai di Desa Tipang, Anda bisa terlebih dahulu mampir ke Pelabuhan Penyebrangan Ajibata. Pelabuhan yang sudah ada sejak 1986 ini merupakan tempat penyebrangan feri pertama di Danau Toba.
Saat ini Pelabuhan Ajibata telah direvitalisasi dengan konsep lebih modern. Perombakan pelabuhan mulai dibangun pada 2018 dan rampung tahun lalu. Bahkan, Presiden Jokowi beberapa bulan lalu sudah meresmikan Pelabuhan Ajibata.
Pelabuhan di Kabupaten Toba ini merupakan penyeberangan untuk menjangkau Pulau Samosir. Harga untuk naik feri dari Pelabuhan Ajibata ke Samosir sekitar Rp 110 ribu dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Dalam perjalanan menyebrang, Anda bisa sambil menikmati pemandangan Danau Toba yang sangat memesona. Danau Toba memiliki luas hampir dua kali lipat Jakarta sehingga toba dinobatkan sebagai danau vulkanik terbesar di dunia.
Setelah puas mengeksplorasi Pelabuhan Ajibata, saatnya berjalan-jalan di Desa Wisata Tipang. Desa ini terletak di tepian Danau Toba, tepatnya di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Desa Wisata Tipang menawarkan pesona alam yang luar biasa, seperti lanskap persawahan dan perbukitan hijau. Saat cuaca cerah, pemandangan tersebut diiringi semilir angin sejuk yang menambah asyiknya berwisata.
Karena kekayaan dan pesona alamnya, Desa Tipang masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI 2021.
Secara topografi, Desa Wisata Tipang berada di ketinggian 900 hingga 1200 di atas permukaan laut. Untuk sampai ke Desa Wisata Tipang, Anda bisa mengendarai mobil dari Bandara Internasional Silangit dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam aja.
Pengunjung yang ingin memasuki Desa Wisata Tipang wajib menaati prokes dengan memakai masker, mencuci tangan, dan diperiksa suhu tubuhnya.
Tidak hanya menawarkan pesona alamnya, wisatawan bisa mencoba berbagai aktivitas seru. Salah satu pengelola Desa Wisata Tipang, Gomgom Lumbantoruan, akan memaparkannya lebih lanjut.
Menurut Pak Gomgom, sejak Danau Toba menjadi Destinasi Super Prioritas dan Desa Wisata Tipang masuk 50 besar ADWI 2021, wisatawan mengalami peningkatan. Terlebih lagi Desa Tipang berhasil meraih juara empat dalam kategori desa wisata rintisan.
Peningkatan minat wisatawan mendorong banyaknya lapangan pekerjaan sekaligus membangkitan ekonomi warga sekitar. Warga yang sebelumnya menganggur atau bekerja serabutan jadi memiliki pekerjaan tetap.
Wisata sejarah dan budaya di Desa Tipang
Saat ini informasi mengenai Desa Tipang juga bisa diakses online. Anda bisa mengunjungi website Desa Wisata Tipang atau Instagram-nya. Warga sekitar juga ada yang menawarkan jasa pemandu selama Anda berwisata di Desa Tipang.
Pemandu akan menemani sekaligus menjelaskan sejarah dan budaya di Desa Tipang. Pertama-tama, Anda akan diajak mengunjungi Situs Sarkofagus Debata Raja. Masyarakat setempat menyebutnya batu siungkapungkapon atau batu yang dibuka.
Dalam ritual yang digelar untuk mengawali musim pertanian, sarkofagus berfungsi sebagai media perantara leluhur dan tokoh spiritual.
Sarkofagus juga ada yang berfungsi sebagai wadah penyimpanan tulang belulang beserta benda-benda berharga milik orang yang dituakan. Bagi orang Batak tulang belulang dan peninggalan orang tua adalah harga diri yang bernilai tinggi.
Sesudahnya, Anda bisa berkunjung ke rumah adat di perkampungan tua Desa Wisata Tipang. Di Desa Tipang rumah adat ini dinamakan ruma tanpa huruf h.
Ciri khas ruma berbentuk persegi Panjang layaknya rumah panggung. Ruma juga memiliki banyak tiang penyangga setinggi 1,75 meter.
Setelah berwisata sejarah, pengunjung dapat menikmati wisata budaya. Wisatawan diajak menyaksikan tari tortor. Secara fisik, tortor merupakan tarian, tetapi maknanya lebih dari itu. Melalui tarian ini masyarakat Batak mengutarakan segala harapan, doa, dan perlindungan.
Tari tortor umumnya diiringi alat musik khas Batak Toba yaitu gordang. Pengunjung yang tertarik dapat langsung belajar menari tortor atau memainkan gordang dari warga desa. Anda juga akan dipinjami kain khas Batak sebagai pelengkap wisata budaya.
Desa Wisata Tipang juga memiliki wisata alam yang menarik, yaitu Air Terjun Sigota Gota. Anda perlu trekking sekitar satu jam sebelum sampai ke sana.
Meskipun jalurnya tergolong terjal dan agak licin terutama saat musim hujan, rasa lelah tersebut langsung terbayar begitu menyaksikan pemandangan air terjunnya.
Sebagai tempat beristirahat, Desa Tipang menyediakan sejumlah homestay. Uniknya, homestay di desa ini berbentuk rumah adat Batak. Harga yang ditawarkan pun terjangkau, yaitu sekitar Rp 120 ribu per orang.
Mencoba kuliner dan oleh-oleh khas Desa Tipang
Kunjungan ke Desa Tipang belum lengkap bila tidak mencoba menangkap ikan mujair secara konvensional di habitat aslinya. Aktivitas yang disebut martoba ini dilakukan menggunakan perahu tradisional dan jaring akan menjadi pengalaman tak terlupakan.
Ikan yang berhasil ditangkap dapat langsung dimasak menjadi naniura, kuliner khas Desa Tipang. Hidangan naniura sekilas mirip sashimi khas Jepang. Perbedaannya, naniura dilumuri bumbu rempah dan utte jungga alias asam batak.
Awalnya bahan dasar naniura adalah ikan endemik Danau Toba bernama ihan. Karena ikan ihan makin sulit ditemukan, warga menggantinya dengan ikan mas, mujair, dan ikan gabus. Proses pengolahan naniura hingga bumbunya meresap memerlukan waktu sekitar tiga jam.
Sambil menunggu naniura siap dinikmati, cobalah bersepeda di jalur khusus Sibarabara. Jalur ini dipersiapkan menuju dan menghadap pemandangan memesona Danau Toba dan Pulau Simamora.
Di tengah perjalanan, pengunjung dapat merasakan pengalaman memetik kakao. Puas bersepeda, saatnya mencicipi naniura. Perpaduan rasa pedas, asam, dan segar serta lembutnya ikan akan memanjakan lidah Anda.
Sebagai tambahan, masyarakat di Desa Tipang juga bertangan terampil dan kreatif. Anyaman pandan berupa tikar atau keranjang menjadi salah satu produk ekonomi kreatif yang dihasilkan Desa Wisata Tipang.
Anyaman pandan ini selain menjaga tradisi desa juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Anda dapat menjadikannya oleh-oleh sekaligus mendukung ekonomi lokal dengan #BeliKreatifLokal.
Desa Wisata Tipang juga dikenal dengan produksi beras merah terbaik di Sumatra Utara. Unsur hara, sungai dari hutan yang masih asli, dan tata pertanian membuat beras merah di Desa Tipang memiliki kualitas terbaik.
Ada juga camilan khas yang unik untuk oleh-oleh, yaitu sasagun. Sekilas, sasagun terlihat mirip dengan kue sagon. Kue sagon memiliki beragam bentuk sedangkan sasagun nyaris tanpa bentuk, bahkan masih seperti tepung. Namun, camilan ini sudah siap dimakan, lho!
Sebelum pulang, jangan lupa mampir ke kafe bernama Piltik House. Lokasinya sekitar 15 menit dari Bandara Silangit di Siborongborong.
Selain menawarkan kopi khas Toba yang berkualitas, Piltik Coffee memiliki interior bernuansa Eropa. Salah satu menu yang ditawarkan adalah lintong nihuta dengan harga Rp 10 ribu. Ada juga teh medan yang dapat dibeli di e-commerce.
Ikuti kuis berhadiah merchandise menarik dari Kompas TV dan Kemeparekraf untuk penonton setia Program Jalan-Jalan.
Yuk, langsung saja kunjungi Instagram Wonderful Indonesia untuk memenangkan hadiahnya.
Jangan lewatkan Jalan-Jalan #DiIndonesiaAja selanjutnya, yaitu episode Borobudur. Tonton terus Jalan-Jalan tiap hari Minggu pukul 10.30 WIB di Kompas TV.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV