The University of Western Australia Gandeng TM College Gelar UWA Business Plan Competition 2022
Advertorial | 10 Maret 2022, 19:25 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pekan lalu, salah satu universitas top di dunia, The University of Western Australia (UWA) berkolaborasi dengan TM College sukses menyelenggarakan Final UWA Business Plan Competition 2022.
Mengambil tajuk “Business and Technology”, kompetisi ini mencoba memotret fenomena naiknya penggunaan teknologi dalam pengembangan bisnis pada masa pandemi Covid-19.
Kompetisi ini juga menjadi ajang bagi generasi Z untuk mengembangkan minat dan bakat di bidang kewirausahaan.
Regional Manager UWA Indonesia, Ima Dewi mengatakan, kompetisi ini bertujuan untuk mendorong kreativitas dan jiwa kewirausahaan generasi muda sebagai batu loncatan untuk menjadi wirausaha sukses di masa mendatang.
“Indonesia dengan 202,35 juta atau 76,8 persen pengguna internet telah menjadi pasar menarik bagi e-commerce di Asia Tenggara dan dunia. Seiring transisi bisnis menjadi lebih digital, model bisnis baru diperlukan untuk bertahan di pasar yang menantang seperti Indonesia,” ujar Ima dalam Final UWA Business Plan Competition 2022, Sabtu (5/3/2022).
Baca Juga: Pesan Jokowi untuk Komisi Yudisial: Harus Makin Produktif di Era yang Penuh Disrupsi dan Kompetisi
Ima berharap, kegiatan ini bisa menjadi batu loncatan untuk memberikan semangat kepada para generasi muda menjadi “the next CEO” di masa depan dengan ide-ide dan rancangan bisnis yang cemerlang.
Senada dengan itu, Head of Operations TM College Timothy Christopher mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi semua tim yang telah antusias mengikuti kompetisi ini.
“Tidak ada yang menang atau kalah dalam kompetisi ini. Pencapaian terbesar dengan lebih dari 80 tim menggungah video ide bisnis yang kreatif dan menarik,” ujar Timothy.
Mekanisme kompetisi
Rangkaian kompetisi yang dimulai sejak awal Januari, diawali dengan roadshow ke berbagai SMA secara daring sebagai bentuk pengenalan terhadap ajang perlombangan sekaligus pembukaan masa pendaftaran.
Para pendaftar diminta untuk menggungah pitch video berdurasi 1 menit yang berisi tentang ide bisnis yang mereka tawarkan.
Total ada 86 tim dari seluruh SMA di Indonesia yang mendaftar pada kompetisi ini. Dari total peserta tersebut, sebanyak 5 tim berhasil masuk ke tahap final dan mempresentasikan rencana bisnis mereka.
Dalam Business Plan Competition ini, UWA turut menghadirkan dewan juri profesional yang kompeten di bidangnya yaitu Dr. Sebastiaan Van Doorn pengajar senior marketing "UWA Business School", Dr. N. Widyaningsih koodinator akademik TM College, dan William Hadibowo dari salah satu tech-company besar di Indonesia.
Baca Juga: Transformasi Bintang Bete Ikut Kompetisi karena Mau Belajar
Para dewan juri ini turut mengkurasi semua pitch video yang diunggah peserta dan akhirnya menentukan 5 tim yang masuk ke babak final.
Tidak hanya juri yang profesional, lewat kompetisi ini, semua finalis juga memperoleh sesi mentoring dari berbagai profesional industri. Mentor memberikan bimbingan terkait business plan yang akan finalis presentasikan secara langsung melalui daring.
Salah satu mentor, William Hendradjaja, mengaku terkesan dengan hasil dari tim yang masuk ke babak final.
“Salah satu tim yang saya bimbing, sungguh-sungguh menjalankan ide bisnis mereka, bahkan proses validasi problem-solution fit yang mereka sudah jalankan sudah sangat baik sekali. Ide solusi yang mereka hadirkan jika direalisasikan bisa membantu meningkatkan learning motivation peserta didik di Indonesia,” ujar William.
Kesan ini juga diutarakan Sebastiaan pada saat melakukan penilaian di babak final, Sabtu lalu. Pelajar SMA di Indonesia memiliki kemampuan kewirausahaan yang dapat dikembangkan dengan sungguh-sungguh di masa depan.
“Saya merasa sangat terkesima dengan kualitas presentasi para peserta yang merupakan pelajar SMA, mampu melakukan berbagai penelitian terkait rancangan bisnisnya secara objektif,” ujar Dr. Van Doorn.
Adapun lima tim yang berhasil masuk tahap final yaitu 4Sure dari Taman Rama Intercultural School dengan ide bisnis "We Matter”, The Karturians dari Sekolah Karangturi dengan ide bisnis “Socialspace”, ComfyPaw dari SMAK IPEKA BSD dengan ide bisnis “ComfyPaw”, CJK dari Labshool Kebayoran High School dengan ide bisnis ‘Pallaz’, dan TRIS Wazowski dari Taman Rama Intercultural School dengan ide bisnis “Pitchr”.
Dari hasil presentasi yang mereka bawakan di babak final, tim ComfyPaw berhasil menjadi juara pertama dengan total skor 100/120. Mereka menggagas ide bisnis tentang jasa layanan berbayar untuk hewan peliharaan.
James, Juan, Vanessa, dan Shaleen merasa bahwa permintaan terhadap layanan tersebut semakin meningkat di masa pandemi.
Dalam rancangan bisnisnya, layanan ini didesain mampu menawarkan berbagai macam kebutuhan bagi hewan peliharaan, membantu proses adopsi, layanan konsultasi, hingga penyelamatan hewan peliharaan terlantar.
“Kami hampir walkout karena tidak ada ide, insecure liat lawan, tapi tetap percaya sama Tuhan, percaya sama satu sama lain di tim dan usaha kami, well the rest is history,” ujar James, Ketua Tim ComfyPaw.
Sebagai wujud apresiasi, UWA menyediakan hadiah uang tunai untuk juara I senilai Rp 8.000.000, untuk juara II senilai Rp 5.000.000, juara III senilai Rp 3.000.000, juara harapan I dan II masing-masing Rp 2.000.000, serta sertifikat.
TM College juga memberikan hadiah tambahan berupa beasiswa sebesar 20 persen kepada para finalis. Tayangan lengkap babak final dapat disaksikan di https://youtu.be/-sMTFucdDXA.
UWA merupakan salah satu universitas top di dunia yang termasuk dalam "Group of Eight". Universitas yang terletak di kota Perth, Australia Barat ini menawarkan berbagai jurusan yang menempati peringkat top di dunia.
Para pelajar SMA di Indonesia dapat memulai pembelajaran di UWA dengan berbagai program jalur internasional, salah satunya “International Year One (IYOne) Programme” NCUK yang ada di TM College.
Fokus jurusan yang ditawarkan adalah bisnis, dengan tiga konsentrasi yang dapat dipilih di tahun pertama, yaitu Business Management, Events Management, dan Accounting & Finance.
TM College merupakan alternatif solusi bagi pelajar yang ingin menempuh pendidikan di luar negeri dengan biaya lebih terjangkau tanpa perlu terbang ke Negeri Kangguru pada tahun pertama kuliah.
Penulis : Elva-Rini
Sumber : Kompas TV