Potensi Besar Ekonomi Digital RI, Lintasarta Dorong Kolaborasi Semua Pihak
Advertorial | 7 Desember 2021, 11:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan dan membuka potensi besar ekonomi digital. Presiden Joko Widodo dalam Kompas CEO Forum 2021 menyatakan, potensi ekonomi digital Indonesia sampai dengan 2025 mencapai USD 124 miliar atau setara Rp 1.760,80 triliun.
Kendati demikian, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menyebutkan, pertumbuhan digital tersebut belum diiringi dengan infrastruktur Information and Communication Technologies (ICT) yang tersebar secara merata.
“Realitanya saat ini, infrastruktur ICT belum secara merata. Mengantisipasi pandemi Covid-19, kita harus melakukan akselerasi transformasi digital, pertama melalui infrastruktur ICT yang merata ke seluruh Tanah Air,” katanya dalam B-Talk KompasTV, Selasa (30/11/2021).
Oleh sebab itu, pemerintah serius melakukan percepatan pembangunan ICT untuk menutup ketimpangan infrastruktur digital, khususnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan Pusat Data Nasional (PDN) untuk pengambilan keputusan berbasis data, serta mendorong sektor swasta membangun pusat data.
“Kami berharap Indonesia menjadi cloud hub. Beberapa negara tetangga hampir tidak mungkin membangun infrastruktur ICT karena keterbatasan power supply,” jelasnya.
Baca Juga: BI Jabar Paparkan Akselerasi Pemulihan Ekonomi 2022
Gencarnya pembangunan pusat data di Indonesia juga berdampak pada penyedia perangkat jaringan telekomunikasi dan teknologi pendukung cloud (komputasi awan).
Sebagai perusahaan penyedia solusi korporasi berbasis komunikasi data dan layanan internet yang berdiri sejak 1988, Lintasarta ikut merasakan perubahan besar yang dibawa pandemi Covid-19.
Selama 33 tahun perjalanannya, Lintasarta awalnya dikenal sebagai penyedia Layanan Komunikasi Data dan telah membangun stasiun bumi sehingga bisa melayani korporasi-korporasi, termasuk yang ada di pedalaman.
Lintasarta kemudian bertransformasi menjadi perusahaan ICT Total Solution, di mana Lintasarta terus melakukan pengembangan produk dan layanan yang lebih inovatif, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Secara bertahap, Lintasarta membangun fasilitas fiber optik di berbagai daerah di Indonesia, termasuk wilayah 3T.
Lintasarta juga berkolaborasi dengan pemerintah, salah satunya dengan penggunaan Palapa Ring, di mana hal tersebut menjadi bagian dari komitmen Lintasarta dalam memberikan dukungan terhadap program pemerintah agar seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati fasilitas internet termasuk wilayah 3T.
“Dengan adanya tujuan akselerasi digital dari pemerintah, maka infrastruktur harus terus dibangun untuk menyesuaikan kesenjangan pembangunan digital yang ada di Indonesia,” kata Presiden Direktur Lintasarta, Arya Damar.
Kolaborasi mengisi peluang digital
Berbeda dengan masa sebelum pandemi Covid-19, saat ini, Lintasarta melihat perubahan besar terjadi di hampir seluruh sektor.
Perbankan konvensional misalnya, gencar melakukan percepatan transformasi digital menggunakan layanan cloud untuk meningkatkan proses bisnis.
Bersamaan dengan itu, kebutuhan akan infrastruktur cloud, telekomunikasi, dan security meningkat pesat seiring dengan banyaknya perusahaan yang merambah ke sistem digital. Hal ini juga didorong oleh banyaknya bisnis yang menjalankan work from home saat pandemi, di mana migrasi data dan keamanannya menjadi hal yang harus diperhatikan perusahaan.
Melihat kebutuhan cloud yang semakin meningkat, Lintasarta kembali meluncurkan Lintasarta Cloudeka yang menawarkan berbagai solusi cloud anak negeri yang dikembangkan dengan mitra teknologi ternama guna menghadirkan layanan cloud yang aman, mudah, serta hemat biaya tanpa perlu membangun infrastruktur TI sendiri.
Lintasarta sendiri telah hadir selama 10 tahun untuk melayani kebutuhan cloud berbagai jenis industri, mulai dari banking, pemerintahan, agrikultur, rumah sakit, dan industri lainnya di Indonesia.
Lebih lanjut Arya menuturkan, pesatnya pertumbuhan digital dan perusahaan penyedia infrastruktur digital, perlu dilihat sebagai peluang kolaborasi untuk berkontribusi lebih besar pada ekonomi digital Indonesia alih-alih persaingan.
Arya menilai, semua pihak baik perusahaan-perusahaan ICT, pemerintah, serta pengguna jasa harus berkolaborasi menggerakkan ekonomi Indonesia, agar peluang digital tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar negara lain.
“Sektor pemerintahan sudah memiliki pusat data nasional dan harus diikuti oleh swasta. Lintasarta akan mengisi solusi atas kebutuhan tersebut. Jangan sampai kita memiliki infrastruktur, tetapi kebutuhan ICT diisi bukan dari perusahaan domestik,” ujar Arya.
Tak hanya itu, Arya menyebutkan bahwa Lintasarta juga mendorong insan-insan muda Indonesia untuk membuat solusi ke depan, agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Suburnya ekosistem digital yang ditandai dengan jumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi hingga 2.229 unit merupakan potensi yang terus dijaga, bahkan harus digenjot agar Indonesia dapat menjadi pemain penting ekonomi digital.
“Kami juga mendorong startup-startup menggunakan cloud. Kita kerja sama dengan beberapa universitas dan mendorong anak-anak Indonesia bisa mendirikan usaha. Infrastrukturnya bisa kita bantu dengan sistem bagi hasil. Kalau mereka maju, ekosistem digital makin matang,” jelas Arya.
Dari sisi regulasi, Lintasarta meminta pemerintah untuk bersama-sama menggunakan pusat data nasional secara efisien. “Jadi kami dari operator mendorong pemerintah dalam pemakaian (pusat data) bersama-sama, swasta juga menggunakan bersama-sama secara efisien,” tuturnya.
Baca Juga: Mendag Sebut Ekonomi Digital Indonesia Diproyeksi Bakal Tumbuh Delapan Kali Lipat Di 2030
Selain itu, Arya juga mengimbau pentingnya memperkuat sumber daya manusia (SDM) dan menggenjot pertumbuhan talenta digital. Hal ini dapat juga dilakukan melalui program pembelajaran cloud computing, big data, artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan lainnya bagi generasi muda saat ini.
Pada tahun 2022, Lintasarta akan terus berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur digital di seluruh Indonesia.
Lintasarta juga berkomitmen untuk menjadi total solution company yang mampu memberikan solusi bersama kepada enterprise sehingga mereka dapat fokus membangun bisnisnya dan dapat mengisi peluang digital bersama-sama.
Senada dengan Arya, wartawan senior Kontan, Titis Nurdiana menyebutkan, “Hulu dan hilir harus bergotong royong, begitu juga dengan perusahaan-perusahaan penyedia ICT. Artinya, seluruh pasar-pasar digital ini harus digabungkan.”
“Perusahaan-perusahaan ICT luar negeri juga melihat potensi ini. Kalau kita tidak kompak, maka lagi-lagi kita hanya akan jadi pasar,” imbuhnya.
Mendukung penuh langkah Lintasarta, Tities menegaskan perlunya gotong-royong dan kerja sama baik dari sisi pemerintah, maupun perusahaan penyedia IT dan penggunanya.
Ketiga pihak ini, kata Tities, harus bertemu dan membentuk pasar serta regulasi yang memenuhi kebutuhan, sehingga ekosistem digital Indonesia bisa lebih matang.
Penulis : Elva-Rini
Sumber : Kompas TV