> >

Jakarta Geopolitical Forum V: Kemanusiaan di Simpang Budaya dan Peradaban

Advertorial | 22 Oktober 2021, 12:03 WIB
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo saat membuka diskusi “The 5th Jakarta Geopolitical Forum” yang dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21-22 Oktober 2021. (Sumber: KompasTV)

Ia menjadikan contoh Sarah Gilbert, seorang ilmuwan di balik vaksin Corona AstraZeneca, yang memberikan kontribusi pada manusia melalui temuannya.

Baca Juga: Berteknologi AR, Ini Dia Permainan Kartu Buatan Mahasiswa Malang yang Sarat Kebudayaan

Gilbert menghadiahkan dunia elemen dalam menghadapi krisis globalisasi, yakni menyediakan kesehatan sebagai barang publik dengan membebaskan kekayaan intelektual vaksin AstraZeneca dan membebaskan negara lain memproduksinya.

Robert menilai, kemajuan ini lah yang perlu dicapai Indonesia, alih-alih fokus pada kemajuan teknologi yang membawa keuntungan pribadi dan memperbesar kesenjangan sosial.

“Berlomba-lomba mencari teknologi dan solusi yang dapat mempertahankan bumi ribuan tahun lagi. Refleksi solidaritas universal ini diperlukan untuk mempertahankan planet kita di masa depan. Dia memberi contoh bagaimana sains bisa berfungsi dalam universalitas dan solidaritas,” tegasnya.

Agama dan peradaban manusia

Prof. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA) mengemukakan pendapatnya mengenai teori the clash of civilization (benturan antar peradaban) yang pernah dikemukakan Profesor Huntington.

Menurutnya, filosofi dan peradaban berbagai bangsa telah saling mempengaruhi dan menciptakan sinergi yang berlipat ganda.

“Indonesia adalah contoh yang bagus mengapa saya percaya bahwa pandangan itu salah,” kata Hefner.

Ia melanjutkan, banyak analis politik Barat secara keliru berasumsi bahwa gaya pemisahan agama dan negara harus menjadi model yang harus diikuti oleh setiap pemerintahan di dunia

Lebih dari 700 kelompok etnis dan beragam agama yang dianut berhasil mencapai pencapaian politik persatuan di Indonesia. Sebanyak 82,7 persen penduduk Indonesia beragama Islam, ini menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi dapat bekerja sama,.

Baca Juga: Memahami Nilai, Warisan Budaya serta Leluhur Indonesia, Papua dan Pasifik

Politisi dan publik Indonesia selalu berselisih paham, tetapi menurut Robert, ini merupakan masalah kecil yang bisa diselesaikan.

“Indonesia memiliki model alternatif, kolaborasi agama dan pemerintah. Ini membuktikan bahwa agama dan pemerintah bisa bekerja tanpa pemisahan. Bekerja karena format Pancasila, yang memperkaya demokrasi,” pungkasnya.

“Jakarta Geopolitical Forum V” tahun ini bertujuan memahami bentuk peradaban masa depan, khususnya struktur sosial budaya manusia dunia. Diskusi ini hendak mengetahui sejauh mana budaya dan peradaban suatu bangsa dipertahankan di tengah perubahan pola pikir untuk beradaptasi dengan lingkungan peradaban baru. 

Mengusung tema “Culture and Civilization: Humanity at the Crossroads”, Jakarta Geopolitical Forum V ini membahas tiga topik, yaitu geopolitik, kecerdasan buatan (AI), dan ekstremisme.

Ketiga topik tersebut dinilai memiliki dampak pada budaya dan peradaban manusia.

Seminar internasional ini menghadirkan 10 narasumber terkemuka dari tiga negara, yaitu Indonesia, Perancis, dan Amerika Serikat, antara lain Rudy Breighton (Intercontinental Technology and Strategic Architect Boston); Prof. Robert W. Hefner (Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs, Universitas Boston), dan Prof. Donald K. Emmerson (Direktur Southeast Asia Forum, Shorenstein Asia-Pacific Research Center, Stanford University).

Selain itu, ada Jean Couteau (Antropolog dan Budayawan Prancis), Gita Wirjawan (Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy), Robertus Robert (Sosiolog Universitas Negeri Jakarta), Prof. Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia), Roslan Yusni Hasan (Neurosains), Baskara Tulus Wardaya (Sejarawan), dan Dimas Oky Nugroho (Cendekiawan sosial-politik)

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU