Angka Positif Covid-19 Turun Drastis, Indonesia Gencarkan Penggunaan Masker dan Vaksinasi
Advertorial | 22 September 2021, 13:23 WIB
“Vaksin dosis pertama lansia masih 26 persen, dosis kedua 18 persen padahal mereka adalah populasi rentan. Untuk mortalitas, lebih dari setengahnya adalah lansia, kasus aktif juga sebagian besar adalah lansia,” jelas Alexander.
Alexander juga menuturkan salah satu kendala yang kerap dihadapi lansia saat hendak melakukan vaksinasi adalah kendala akses menuju lokasi. Hal serupa dialami oleh kelompok difabel karena keterbatasan motorik dan sensorik.
Maka itu, Alexander meminta seluruh sentra vaksinasi memberikan kemudahan akses kepada kelompok lansia, difabel, dan kelompok rentan lainnya. Masyarakat sekitar, terutama keluarga dari kelompok rentan diharapkan berperan aktif dalam membantu percepatan vaksinasi bagi mereka.
Sementara itu, Anggota Satgas Penanganan Covid-19 Sub Bidang Mitigasi, Falla Adinda memastikan bahwa ketersediaan vaksin di Indonesia sudah mencukupi. Fokus utama saat ini yaitu distribusi vaksin dan edukasi publik agar bersedia melakukan vaksinasi sesegera mungkin.
“Indonesia sangat terberkati, terima kasih kepada pemerintah atas upayanya dalam ketersediaan vaksin. Kita memiliki vaksin dalam jumlah yang memadai dan berbagai merek. Tugas kita berikutnya adalah dalam hal distribusi serta menyakinkan masyarakat untuk sadar vaksinasi,” ujar Falla.
Falla menilai kesadaran masyarakat terkait protokol kesehatan sudah cukup tinggi. Tetapi, masyarakat harus terus waspada dengan potensi lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga.
“Penurunan kasus selama PPKM terjadi karena adanya tekanan dari pemerintah agar masyarakat membatasi mobilitas. Jangan sampai setelah pembatasan itu dilepaskan, masyarakat menjadi lengah. Karena itu, kampanye penerapan protokol kesehatan harus terus dilakukan, meskipun masyarakat sudah merasa jengah. Hindari keramaian, batasi mobilitas. Semoga 3rd wave (gelombang ketiga) tidak terjadi,” tutur Falla.
Campaign Director Gerakan Pakai Masker (GPM) Fardilla Astari juga menegaskan hal serupa, kampanye dan edukasi harus dilakukan secara berkesinambungan dan menjangkau seluruh elemen masyarakat.
Fardilla bersama GPM berusaha merangkul komunitas masyarakat yang belum terjangkau oleh teknologi digital dan internet.
“Caranya, relawan-relawan kami melakukan penyuluhan kepada para tokoh masyarakat, pemimpin komunitas seperti di pasar, pesantren dan tempat-tempat ibadah,” lanjutnya.
GPM juga memanfaatkan media digital sebagai sarana edukasi bagi kawula muda. Anak muda sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam proses edukasi Covid-19. Untuk itu, GPM menggelar berbagai program untuk merangkul generasi muda melalui kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Satgas Covid-19, KPCPEN, dan lembaga lainnya.
“Kami terus-menerus mengingatkan semua pihak, khususnya anak muda, untuk selalu pakai masker dan segera vaksin. Diharapkan, mereka yang teredukasi ini juga akan menjadi influencer bagi lingkungan sekitarnya,” tutupnya.
(ahr)
Penulis : Elva-Rini
Sumber : Kompas TV