> >

Education New Zealand dan Massey University Bawa Guru Indonesia Selangkah Lebih Maju di Dunia Global

Advertorial | 26 Agustus 2021, 14:48 WIB
Program Global Competence Certificate (GCC At Home) yang diikuti oleh 30 guru Bina Nusantara (BINUS) serta para pengajar dari Vietnam, Korea Selatan, dan New Zealand. (Sumber: Dok. ENZ)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Globalisasi telah menghapus batas-batas konkret dan menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda.

Kemampuan berkomunikasi, memahami, dan menyesuaikan diri dengan perubahan menjadi standar kompetensi yang harus dimiliki setiap anggota komunitas global, termasuk pengajar.

Melalui “Global Competence Certificate (GCC) at Home”, Education New Zealand (ENZ) dan Massey University mempertemukan pengajar dari Indonesia, Vietnam, Korea Selatan, dan New Zealand untuk saling berinteraksi dan bertukar pikiran.

Selama lima minggu, para pengajar diberikan kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi pengajaran dan membantu peserta didik memperoleh kompetensi internasional.

Direktur Regional Asia ENZ Ben Burrowes mengatakan, program pelatihan GCC At Home mengadaptasi gaya belajar New Zealand di mana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda saling berkumpul dan berbagi ide.

“Anda dapat belajar lebih banyak dan mengalami gaya mengajar New Zealand. Guru dari budaya dan latar belakang yang berbeda dapat berbagi ide dan mengeksplorasi satu sama lain. Kami ingin membantu membekali guru dengan pengetahuan tambahan dan pelatihan yang membantu mereka terhubung secara global,” kata Ben.

Baca Juga: ENZ dan Massey University New Zealand Bekali Guru dengan Kompetensi Global dari Rumah

Ben berharap, program yang berlangsung sejak Juli hingga Agustus ini dapat membuka jaringan relasi yang lebih luas di antara pengajar dan membawa perubahan positif di dunia pendidikan.

“Bagi ENZ, ini merupakan nilai utama dari pendidikan internasional. Kesempatan untuk belajar banyak dari budaya lain dan meningkatkan pengetahuan yang akan terus berkembang di masa depan. Selain itu, kami berharap program ini akan membuka jembatan dan jejaring pendidikan di antara guru-guru,” lanjutnya.

Koordinator Program dari Massey University Hilde Celie yakin, keahlian yang dipelajari selama program GCC dapat membantu guru di lingkungan kerja serta komunitas lebih luas.

“Dampak dari program GCC sangatlah signifikan dan abadi. Keahlian yang dipelajari akan menolong partisipan untuk menjadi warga negara global yang memiliki dampak sosial nyata di lingkungan kerja dan komunitas mereka di seluruh dunia,” tandasnya.

Guru selangkah lebih maju di kancah global

Salah satu partisipan GCC, Guru Ekonomi dan Bisnis dari BINUS School Serpong Catalina A. Guance mengatakan, program ini telah membantunya terhubung dengan dunia yang lebih luas, menjembatani perbedaan, dan meminimalisir konflik yang mungkin terjadi karena kesalahpahaman.

Selama mengajar di Indonesia, Catalina yang berasal dari Filipina banyak bertemu orang berbeda dari budayanya. GCC membantu Catalina untuk memahami setiap orang sebagai pribadi yang kompleks, alih-alih menilai mereka hanya dari stereotip yang ada.

“Melalui GCC, saya menyadari bahwa saya adalah bagian dari komunitas global. Komunitas global adalah sekelompok orang yang dapat terhubung meskipun ada perbedaan budaya, politik, ekonomi, sosial, geografis, dan agama. Mengajar di Indonesia membuat saya lebih menerima karakteristik orang lain, saya menjadi lebih terbuka terhadap perubahan dan menunjukkan pemikiran positif apapun situasinya,” ujar Catalina.

Tak hanya itu, program ini juga mendorong Catalina untuk mengaplikasikan metode-metode yang ia pelajari selama program kepada para siswa, guna meningkatkan kesadaran mereka sebagai anggota dari komunitas global.

Sebagai contoh di kelas Ekonomi dan Bisnis, Catalina memberikan studi kasus berupa situasi krisis yang berbeda dengan kondisi para siswa, seperti inflasi, kemiskinan, persaingan pasar, globalisasi, keragaman di tempat kerja, dan sejenisnya.

Melalui metode tersebut, siswa dapat belajar melakukan evaluasi dan bertukar pikiran mengenai bagaimana seharusnya untuk bertindak atas isu-isu tersebut.

“Saya akan membangun lingkungan belajar multikultural untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa saya dan menumbuhkan pemahaman dan penghargaan kepada mereka yang berbeda dari mereka,” tegasnya.

Baca Juga: Siapkan Keterampilan Abad ke-21, Guru Indonesia Ikut Pelatihan ENZ dan Massey University

Tak hanya itu, Guru Biologi BINUS School Serpong Jose Nelmar Espino menyebutkan, pelatihan ENZ dan Massey University berhasil memberikan keterampilan abad ke-21 (21st century skills) yang dibutuhkan guru dan siswa agar lebih tangguh menghadapi perubahan.

“Yang saya ambil dari program ini adalah pengetahuan dan keterampilan tentang kompetensi global yang saya yakini tepat waktu dan relevan. Globalisasi telah mempengaruhi lanskap global kita. Dunia kita menjadi lebih kecil dan lebih kecil karena ini,” kata Jose.

Lanjutnya, “Kami sekarang dapat berinteraksi dan berkolaborasi lebih banyak dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan kompetensi global ini akan memungkinkan saya untuk bernavigasi, lebih tangguh, dan beradaptasi dengan perubahan.”

Lebih jauh Jose menjelaskan, modul ini dapat membangun peran guru sebagai jembatan bagi para siswa dalam mengembangkan keterampilan non teknis di kelas maupun di komunitas yang lebih luas.

“Sebagai seorang guru, saya dapat mentransfer pengetahuan dan keterampilan ini kepada siswa saya melalui kegiatan kelas kami. Saya dapat menerapkan konsep yang saya pelajari saat program ke kelas. Misalnya, dalam menghadapi konflik yang muncul di antara siswa saya, berusaha memahami perilaku siswa tersebut, serta cara menghadapinya,” imbuhnya.

Guru Bahasa Inggris BINUS School Serpong Angel C. Tijam menambahkan, “Saya senang bisa belajar memahami perbedaan kepribadian dan budaya, serta menyadari keberadaan orang lain. Program ini menjadi pengingat betapa besar pengaruh kita terhadap kehidupan siswa kita.”

Ditemui saat penutupan daring GCC At Home, Acting Market Manager Indonesia & Malaysia Education New Zealand, Naluri Bella Wati berharap, kerja sama positif ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak yang lebih besar bagi dunia pendidikan, khususnya para pengajar di Asia.

“Saya berharap ini bukan kerja sama pertama dan satu-satunya antara negara-negara Asia. Saya berharap ke depan kita juga dapat menyelenggarakan inisiatif yang sama dan memberikan dampak yang lebih besar kepada guru-guru kita di kawasan Asia,” tutupnya.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU