Cerita Indonesia Berprestasi Hingga Raih 5 Medali di Olimpiade Tokyo 2020 Saat Pandemi
Advertorial | 12 Agustus 2021, 18:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Olimpiade Tokyo 2020 berhasil digelar di tengah keterbatasan akibat pandemi. Indonesia berhasil membawa pulang 5 medali, di antaranya adalah perunggu yang diraih Windy Cantika Aisah dari cabor angkat besi.
Pelatih Angkat Besi Tim Indonesia, Dirja Wihardja mengakui, pandemi memunculkan tantangan tersendiri bagi geliat ranah olahraga.
Para atlet harus menjadwal ulang program latihan juga menjaga motivasi, agar performa dan kebugaran tubuh mereka terjaga, sekaligus tetap terlindung dari penyebaran virus Covid-19.
Kendati selama 2020 tidak ada turnamen yang dapat diikuti, latihan rutin dan pola hidup sehat tetap dipelihara oleh para atlet di pelatnas untuk menjaga stamina dan performa.
“Kami melakukan simulasi pertandingan 2 minggu sekali untuk menjaga atmosfer kompetisi. Sebagai persiapan Olimpiade Tokyo, tim juga mengikuti try out dua kali tahun ini ke Uzbekistan, sehingga setidaknya, atlet mengetahui situasi pertandingan saat pandemi,” jelas Dirja dalam Dialog Produktif Rabu Utama di Media Center KPCPEN, (11/8/2021).
Baca Juga: Usai Olimpiade Tokyo, Para Atlet Kembali dan Disambut di Negara Masing-masing
Atlet sekaligus peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020, Windy Cantika Aisah mengatakan, Olimpiade Tokyo memang terasa berbeda, baik dari sisi protokol kesehatan ketat, tes PCR (polymerase chain reaction) berulang agar tidak tertular virus Covid-19, sampai suasana pertandingan tanpa penonton serta sekeliling arena yang digelapkan.
Menanggapi hal itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Zainudin Amali mengatakan, adaptasi-adaptasi masih terus dilakukan selama pandemi.
Kendati demikian, dirinya memberikan apresiasi khususnya untuk para atlet yang tetap berusaha untuk meraih prestasi.
“Pemerintah sangat mengapresiasi, bahwa di tengah tekanan dan kebiasaan baru tersebut, para atlet kita berhasil menorehkan prestasi. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo ini dan menjadi catatan semua pihak,” tegasnya.
Dukungan pemerintah untuk para atlet
Menurut Menpora, Olimpiade merupakan sasaran utama Grand Design Olahraga Nasional. Untuk mengoptimalkan kinerja para atlet, pemerintah akan mendirikan training camp sebagai fasilitas terpadu penggodokan atlet elit nasional, bertempat di Cibubur, Jakarta.
Fasilitas tersebut akan dilengkapi berbagai sistem, seperti sarana olahraga, unit relaksasi, sekolah, rumah sakit, ketersediaan ahli gizi, psikolog, dan sebagainya di satu tempat. Tujuannya, agar atlet dan pelatih dapat fokus melakukan penggodokan mental, fisik, taktik maupun strategi.
Tidak hanya mendirikan fasilitas terpadu untuk mendukung para atlet, pemerintah juga memastikan para atlet terjamin masa depannya.
Zainudin mengatakan, sudah banyak atlet Indonesia yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, terutama para peraih medali. Karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir untuk berkomitmen berkarir sebagai atlet.
Untuk menjaring talenta-talenta muda, pemerintah mendirikan sentra pembinaan olahraga di berbagai daerah.
“Kejuaraan di daerah adalah sumber atlet nasional. Dari sekitar 250 ribu atlet talenta daerah, kita saring bertahap, hingga akhirnya didapatkan 150 orang atlet elit nasional dari cabor unggulan, terutama untuk terjun di olimpiade,” tutur Zainudin.
Baik Menpora maupun Pelatih Dirja menegaskan, tidak pernah mencanangkan target tertentu kepada atlet, hanya menekankan untuk memberikan yang terbaik dan membanggakan negara.
Untuk diketahui, Indonesia direncanakan akan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 pada 2023. Sebagai salah satu upaya menjaring bibit unggul tim sepak bola nasional, persiapan untuk menggulirkan kompetisi Liga 1 tahun ini juga tengah dimatangkan.
Baca Juga: Target Emas di Olimpiade 2024, Ini yang Harus Dilakukan Cabor Angkat Besi | Rosi
Menpora menggarisbawahi, bahwa protokol kesehatan harus berlaku ketat dan konsisten dalam penyelenggaraan kegiatan.
“Semua yang terlibat harus sudah divaksin dan melakukan tes swab. Tidak ada penonton di arena. Misal stadion berkapasitas 20 ribu orang, maksimal 299 orang berkepentingan saja yang boleh masuk ke sana,” tuturnya.
Aisah dan Dirja juga menegaskan, bahwa olahraga tidak hanya membuat tubuh sehat, melainkan juga menciptakan pola dasar kehidupan yang baik, seperti keteraturan, kedisiplinan, kerja keras yang terukur, memelihara motivasi tinggi, kerendahan hati, serta upaya untuk melakukan yang terbaik.
Lebih jauh, Menpora berpesan, di tengah pandemi masyarakat harus tetap berolahraga dengan menaati protokol kesehatan.
WHO merekomendasikan masyarakat untuk memelihara kesehatan tubuh dengan melakukan 150 menit beraktivitas sedang dan 75 menit untuk beraktivitas fisik setiap minggu untuk mengurangi rasa cemas karena krisis dan ketakutan.
Kepada para atlet talenta, ia menekankan, bahwa berkarir menjadi atlet dapat dijadikan pilihan utama. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung penuh para atlet agar bidang olahraga menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia.
Penulis : Elva-Rini
Sumber : Kompas TV