ENZ dan Massey University Melatih 30 Guru Binus dalam "GCC At Home"
Advertorial | 3 Agustus 2021, 09:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Education New Zealand (ENZ) dan Massey University melatih 30 guru SMA Bina Nusantara (BINUS) dalam program program Global Competence Certificate atau “GCC At Home”.
Selama lima minggu, para guru akan mendapat pelatihan bagaimana menjadi bagian komunitas global lalu dilanjut dengan pelatihan Bahasa Inggris.
“Education New Zealand selalu berkomitmen untuk mendukung negara seperti Indonesia, Korea Selatan, dan Vietnam dalam mencapai tujuan Pendidikan di abad 21, terutama meningkatkan keahlian para guru dalam keahlian masa depan (future skills) dan Bahasa Inggris. Itulah mengapa kami sangat menanti program ini,” kata Ben Burrowes, Direktur Regional Asia saat membuka orientasi GCC at Home pada awal Juli lalu.
GCC At Home mengundang para pengajar untuk berkolaborasi melalui kegiatan virtual di rumah. Selama waktu yang telah ditentukan, mereka akan dibekali dengan keterampilan dan strategi mengenai cara menjembatani perbedaan saat bekerja dalam tim yang beragam.
“Program Global Competence Certificate (GCC) merupakan program berbasis riset, pembelajaran gabungan (blended learning) yang dibuat oleh AFS dan disampaikan kepada guru-guru internasional oleh Massey University New Zealand,” terang Hilde Celie, Koordinator Program dari Massey University.
“Program ini didesain untuk meningkatkan keahlian kompetensi global (global competency skills) yang nyata untuk guru-guru dari Indonesia, New Zealand, Korea Selatan, dan Vietnam”, lanjutnya.
Para pengajar yang berasal dari beberapa negara ini diharapkan dapat membentuk komunitas belajar untuk berbagi metodologi, praktik pengajaran, ide, serta bagaimana menjadi bagian dari komunitas global yang bersemangat untuk membuat perubahan.
Baca Juga: 5 Alasan New Zealand Jadi Pilihan Terbaik Kuliah di Luar Negeri, Tersedia Beasiswa!
Pelatihan tak hanya mengasah kemampuan guru dalam mengajar, tetapi juga membantu mereka dalam mengembangkan serangkaian keterampilan, menjalin persahabatan lintas budaya, mengatasi keadaan pandemi dan mengubahnya menjadi momen pembelajaran yang membantu membangun ketahanan.
Kurikulum disusun berdasarkan tujuan pendidikan standar GCC, yaitu untuk meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) dan kecerdasan emosional (emotional intelligence).
“Keahlian Kompetisi Global yang dipelajari antara lain kesadaran diri, keterbukaan terhadap perbedaan, mendengarkan untuk memahami, menghindari pelabelan dan penilaian, empati dengan berbagai konflik dan gaya komunikasi, dan menolong guru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dan terkoneksi dengan yang lain,” jelas Hilde.
Kesadaran diri meliputi refleksi dari pengalaman sebagai warga lokal dan global; mengidentifikasi dan memahami bagaimana budaya kelompok telah membentuk cara merasakan, memahami, berpikir, dan berperilaku; membangun kesadaran diri tentang orang lain; mengenali dan memahami pola perilaku dan nilai-nilai orang dari konteks budaya yang berbeda; serta berempati dengan orang lain yang berbeda budaya.
Sementara, kecerdasan emosional meliputi fleksibilitas dalam hal baru dan budaya yang berbeda, penerapan strategi yang tepat dan efektif untuk menghadapi situasi, kewaspadaan terhadap batasan, sikap terbuka, pengembangan hubungan dalam lingkungan belajar global, serta komunikasi yang tepat dan efektif dalam berbagai konteks.
“Kami sangat senang dengan desain inisiatif ini dimana guru-guru dari berbagai negara bertemu untuk berbagi ide satu sama lain. Bagi ENZ, ini merupakan nilai utama dari Pendidikan internasional – kesempatan untuk belajar banyak dari budaya lain dan meningkatkan pengetahuan yang akan terus berkembang di masa depan,” sambung Ben.
Baca Juga: Kamu Bisa Studi ke New Zealand dari Indonesia, Tersedia Beasiswa Rp 2,9 Miliar per Tahun
Bergabung dalam komunitas global juga memungkinkan para pengajar untuk dapat berempati dengan orang lain dari latar belakang budaya yang berbeda dan menjalin persahabatan lintas budaya kemudian menerapkannya di dalam kelas.
“Dampak dari program GCC sangatlah signifikan dan abadi. Keahlian yang dipelajari akan menolong partisipan untuk menjadi warga negara global yang memiiki dampak sosial nyata di lingkungan kerja dan komunitas mereka di seluruh dunia,” tambahnya.
Setelah mengikuti program untuk menjadi bagian dari komunitas global, guru BINUS akan melanjutkan pelatihan di bidang Bahasa Inggris selama dua minggu.
“Melalui pelatihan tambahan ini, para guru akan belajar bagaimana mengintegrasikan keahlian baru mereka di dalam kelas dan juga membangun pembelajaran interkultural untuk para siswa. Kami juga berfokus untuj membuat Komunitas Pembelajaran Internasional yang membuat guru-guru akan berbagi sumber, ide, dan metode mengajar setelah menyelesaikan pelatihan,’’ imbuh Hilde.
Dalam pelatihan ini, para pengajar akan dikenalkan dengan berbagai pendekatan tentang bagaimana melibatkan siswa dan memberikan mereka pengalaman yang luar biasa dalam proses belajar di kelas.
Pendekatan tersebut di antaranya: memotivasi peserta didik (misalnya melalui permainan, kuis, pekerjaan proyek, personalisasi), memberikan tugas berbicara dengan komunikatif, mengajar tata bahasa, mengajar kosa kata, memberikan umpan balik dan koreksi kesalahan, mengajar membaca dan menulis, mengintegrasikan kompetensi global, dan menciptakan komunitas pembelajaran atau community of learning.
“Kami berharap program ini akan membuka jembatan dan jejaring Pendidikan di antara guru-guru. Terima kasih kepada Massey University karena sudah memfasilitasi program ini. New Zealand terkenal dengan universitasnya yang berkualitas. Jadi saya yakin guru yang mengikuti program ini berada di bawah tangan yang ahli,” tutup Ben.
Penulis : Elva-Rini
Sumber : Kompas TV