KOMPAS.TV – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi, terdapat sosok penting yang berperan dalam membantu kelancaran komunikasi di Indonesia, yakni pengendali frekuensi radio (PFR).
Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki keunikannya tersendiri, yaitu kota dengan jumlah pengendali frekuensi radio perempuan paling banyak dibandingkan dengan kota lainnya, dan mereka disebut sebagai para “Srikandi Pengendali Frekuensi Radio”.
Tentunya, tanggung jawab serta tugas Srikandi Pengendali Frekuensi Radio tidak dibedakan dari pengendali frekuensi radio laki-laki.
Para Srikandi Pengendali Frekuensi Radio ini membuktikan bahwa gender tidak menjadi halangan untuk menjalani profesi ini.
Monicha Sari Hidayah, salah satu Srikandi Pengendali Frekuensi Radio di Semarang, mengungkapkan bagaimana menjalani profesi pengendali frekuensi radio karena kecintaan terhadap tantangan.
Selain itu, Monicha juga ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa kemampuan seorang pengendali frekuensi radio tidak dilihat dari gender.
“Saya juga ingin membuktikan kepada masyarakat pengendali frekuensi radio itu tidak melihat dari gendernya, melainkan dari ketelitiannya, ketepatannya saat ia bekerja, saat di lapangan,” ujar Monicha.
Meskipun terdapat tantangan, Monicha juga mengaku sangat senang menjalankan pekerjaannya ini karena bisa melakukan pengawasan frekuensi di tempat-tempat seru dan tidak terduga.
“Serunya itu seperti saat kita berada di lapangan ya, Mas. Apalagi kita sebagai pengendali frekuensi radio itu sendiri sering berjalan di lapangan melakukan monitoring itu sendiri. Dan kita tentunya banyak menemukan hal-hal baru,” ungkap Monicha.
Dengan semangat tersebut, para Srikandi Pengendali Frekuensi Radio tak hanya menjalankan tugas teknisnya dengan baik, tetapi mereka juga bisa mematahkan stigma masyarakat tentang keterbatasan gender dalam menjalankan profesi yang membutuhkan ketangkasan dan keberanian.
Frekuensi penerbangan, yang menjadi salah satu frekuensi prioritas karena berkaitan dengan keselamatan dan marabahaya, juga tak luput dari pengawasan para Srikandi Pengendali Frekuensi Radio di Semarang.
Berfungsi untuk melakukan pengawasan frekuensi, Balai Monitor mempunyai stasiun tetap pembantu monitoring yang banyak ditempatkan di dekat bandara, sehingga tim pengendali frekuensi radio bisa melakukan pengawasan secara remote.
Sebagai salah satu Srikandi Pengendali Frekuensi Radio, Santhi Pramesthi, menjelaskan peran pentingnya dalam menjaga keamanan penerbangan.
“Karena ini Dinas Penerbangan ya, jadi kami yang monitor untuk frekuensi penerbangan. Kami mengawasi dan mengamankan–lebih ke pengendalian dan pengawasan–untuk frekuensi penerbangan agar semua aman dan bebas dari interferensi,” jelas Santhi.
Air Traffic Controller (ATC) yang berperan untuk mengendalikan lalu lintas di udara membutuhkan frekuensi untuk menjalankan tugasnya.
Keselamatan penerbangan yang merupakan prioritas Airnav Indonesia menjadikan frekuensi hal yang sangat krusial dalam komunikasi antara ATC dengan pilot.
“Di penerbangan itu kan boleh dibilang utamanya itu komunikasi antara para controller dengan pilot. Nah, ketika mereka komunikasi itulah yang diharapkan tidak ada gangguan sama sekali,” ujar General Manager Airnav Indonesia cabang Semarang, Budi Mahmudi.
Budi juga menjelaskan bahwa komunikasi antara ATC dengan pilot saat pesawat akan mendarat di bandara merupakan hal yang krusial, sehingga gangguan tidak boleh terjadi pada saat itu.
“Ketika titik critical itu terganggu ini yang sangat berbahaya, pilot tidak bisa berkomunikasi dengan controller atau pun kondisi bandara seperti apa,” jelas Budi.
Budi mengungkapkan bahwa gangguan frekuensi penerbangan yang biasanya terjadi di Semarang disebabkan oleh pemancar ilegal.
Jika mengalami gangguan frekuensi, maka ATC harus melapor ke Balai Monitor agar gangguan tersebut dapat segera ditindak.
Selain menangani dan mengawasi frekuensi penerbangan, pengendali frekuensi radio juga menangani dan mengawasi berbagai macam frekuensi radio.
Dengan berbagai medan yang tak terduga, para pengendali frekuensi radio tentunya menghadapi berbagai tantangan, salah satu contohnya adalah ketika mereka sedang ditugaskan untuk menangani atau frekuensi di pegunungan.
Kabut yang ada di gunung menjadi salah satu tantangan yang dialami oleh pengendali frekuensi radio ketika melakukan pengawasan atau penanganan di gunung.
Medan, aksesibilitas, dan cuaca yang sulit juga menjadi makanan sehari-hari para pengendali frekuensi radio saat bertugas di pegunungan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, para Srikandi Pengendali Frekuensi Radio sangat bangga menjalani profesi mereka. Tak hanya mengawasi frekuensi, mereka juga berperan dalam menjaga keselamatan masyarakat. Mereka terus membuktikan bahwa keberanian dan kompetensi tidak mengenal batas gender.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.