KOMPAS.TV – Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki dua musim, yakni musim hujan dan kemarau. Kemarau panjang kerap menjadi momok bagi setiap wilayah di Indonesia karena berpotensi menimbulkan bencana seperti kebakaran hutan, krisis air, hingga krisis pangan.
Untuk merespons fenomena ini, pemerintah membangun bendungan sebagai infrastruktur multiguna yang mampu menjawab tantangan besar dari risiko bencana dua musim di Indonesia.
Bendungan berperan penting khususnya dalam manajemen sumber daya air di wilayah dengan topografi seperti Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) memiliki peran krusial dalam pembangunan bendungan di Indonesia.
Tugas utama KemenPUPR meliputi perencanaan dan pengkajian lokasi serta kebutuhan bendungan, penganggaran dan pembiayaan, serta pelaksanaan konstruksi.
Selain itu, KemenPUPR bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemeliharaan bendungan setelah selesai dibangun, termasuk memastikan operasional sehari-hari dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
KemenPUPR juga berkoordinasi dengan lembaga terkait dan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan fungsi bendungan, membangun infrastruktur pendukung seperti jaringan irigasi dan pipa transmisi, serta melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya bendungan.
Dengan demikian, KemenPUPR memastikan bahwa bendungan dapat memberikan manfaat maksimal dalam penyediaan air bersih, irigasi, pengendalian banjir, dan pembangkit energi listrik.
Tim Indonesia Bergerak melihat kondisi akses air bersih di dua wilayah yang sempat mengalami krisis air bersih, yaitu di Pulau Sabang yang masuk dalam kategori pulau 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dan Balikpapan, Kalimantan Timur, yang telah mengalami permasalahan krisis air bersih selama bertahun-tahun.
Tujuan pembangunan infrastruktur bendungan adalah memberikan pemahaman kepada khalayak umum terkait manfaatnya bagi pemenuhan air bersih dan sanitasi. Bendungan merupakan infrastruktur multiguna yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mengatasi krisis air bersih, mengoptimalkan ketahanan pangan, hingga mewujudkan energi bersih.
Urgensi Pembangunan Bendungan di Indonesia
Sebagai negara tropis, Indonesia tak lepas dari potensi bencana alam berupa banjir dan kekeringan. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah membangun infrastruktur multiguna berupa bendungan di sejumlah wilayah untuk menampung kelebihan air dan mengatasi krisis air bersih.
Bendungan sangat penting bagi kehidupan di wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan karena perubahan iklim.
Kemarau panjang seringkali menjadi ancaman bagi wilayah-wilayah ini, dan bendungan berperan penting dalam manajemen sumber daya air yang dapat mengurangi risiko bencana.
Sejak tahun 2014, sebanyak 61 bendungan telah dicanangkan, tiga di antaranya telah selesai dibangun, sementara 18 lainnya ditargetkan rampung pada akhir tahun 2024.
Pembangunan bendungan bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, pengembangan ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat.
Indikator ketahanan air adalah pemenuhan kebutuhan air per kapita per tahun. Saat ini, Indonesia baru mencapai 66 m³ per kapita per tahun, dengan target meningkat menjadi sekitar 70 m³ per kapita per tahun.
Pembangunan bendungan juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan krisis air bersih yang sering terjadi di berbagai wilayah.
Menjawab Krisis Air di Pulau 3T
Sabang adalah salah satu pulau yang masuk dalam kategori 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Meski diapit lautan, wilayah ini kerap mengalami krisis air berkepanjangan.
Kini, warga sekitar tidak lagi merasakan krisis air bersih sejak Bendungan Paya Seunara beroperasi. Bendungan ini telah berhasil melayani kebutuhan air bersih 3.200 warga Pulau Sabang.
Sebelumnya, warga Sabang terpaksa membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya bendungan, krisis air di wilayah ini berhasil teratasi, dan warga bisa memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Bendungan Paya Seunara, yang masuk dalam proyek strategis nasional pada tahun 2015, memiliki kapasitas tampungan air sebesar 1,3 juta m³ dengan distribusi 20 liter per detik setiap harinya.
Proses penyaluran air dari bendungan ke masyarakat melibatkan beberapa tahap, mulai dari penyaringan di intake, penjernihan di water treatment plant (WTP), hingga distribusi ke rumah-rumah warga.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama PDAM Tirta Aneuk Laot terus berupaya meningkatkan kapasitas distribusi air bersih dari bendungan ini.
Mengatasi Krisis Air di Pulau Kalimantan
Kalimantan Timur menjadi salah satu wilayah yang kerap mengalami kekeringan berkepanjangan akibat kondisi tanah yang didominasi oleh tanah gambut sehingga sering memicu kebakaran hutan.
Untuk menjawab permasalahan ini, pemerintah membangun Bendungan Teritip demi memenuhi kebutuhan air konsumsi dan sanitasi masyarakat Balikpapan, Kalimantan Timur.
Bendungan Teritip, yang mulai beroperasi pada tahun 2019, memiliki kapasitas tampung air sebesar 2,4 juta m³ dan mampu mengalirkan air baku sebesar 220 liter per detik.
Kehadiran bendungan ini sangat membantu warga Balikpapan dalam memenuhi kebutuhan air bersih, terutama bagi mereka yang sebelumnya mengandalkan sumur yang sering mengalami kekeringan.
Bendungan ini juga berperan dalam mereduksi banjir dengan memperhitungkan kala ulang 50 tahunan dan dapat mereduksi banjir sekitar 83 persen.
Bersama dengan pihak Cipta Karya, pemerintah memastikan bahwa air dari bendungan ini memenuhi standar baku mutu yang telah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan.
Pembangunan bendungan merupakan salah satu upaya penting dalam mengatasi krisis air bersih di berbagai wilayah di Indonesia.
Bendungan tidak hanya berfungsi sebagai penampung air, tetapi juga sebagai infrastruktur multiguna yang mendukung ketahanan pangan, energi bersih, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Dengan manajemen yang baik, bendungan dapat menjadi solusi efektif dalam menghadapi perubahan iklim dan berbagai tantangan terkait sumber daya air di Indonesia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.