"Kebijakan perbankan global sangat mempengaruhi keputusan pendanaan proyek energi terbarukan. Faktor-faktor seperti risiko investasi dan regulasi yang mendukung adalah kunci dalam menarik pendanaan," jelas Jiro.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Harris menjelaskan, kebijakan pemerintah terkait energi baru terbarukan.
"Evaluasi program pemerintah menunjukkan kemajuan, namun tantangan seperti infrastruktur dan regulasi masih harus diatasi. Urgensi transisi energi sangat tinggi untuk mencapai NZE pada 2060," papar Harris.
Sementara itu, Direktur Perencanaan Korporat & Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero) Hartanto Wibowo memaparkan perkembangan program ARED.
"Pada tahun 2024, PT PLN (Persero) menargetkan peningkatan kapasitas energi terbarukan yang signifikan. Pengembangan ini tidak hanya mendukung kelistrikan nasional tetapi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," ujar Hartanto.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia Arthur Simatupang menggarisbawahi potensi dan tantangan bagi produsen listrik swasta.
Baca Juga: PLN Gelar Employee Green Involvement di Sungai Kelekar
"Proyek energi terbarukan memiliki potensi besar untuk menarik minat investor swasta. Namun, tantangan seperti regulasi dan pendanaan masih perlu diatasi. Rekomendasi kami adalah memperkuat kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta," kata Arthur.
Talkshow ini berhasil membuka diskusi yang konstruktif mengenai percepatan pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Kolaborasi antara pemerintah, PLN, investor, dan produsen listrik swasta diharapkan dapat mempercepat transisi energi terbarukan dan mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060.
PT PLN (Persero) dan Harian Kompas berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif ini demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.