KOMPAS.TV – Kelezatan udang tak mengherankan jika menjadi salah satu primadona hidangan laut. Tidak hanya memiliki cita rasa lezat, kandungan nutrisi dalam udang pun tidak main-main.
Selain sumber protein, udang juga mengandung zat besi, zinc, selenium, antioksidan, lemak baik, dan omega 3. Zat gizi ini bermanfaat untuk mendukung tumbuh kembang anak, mencegah anemia, juga meningkatkan kesehatan jantung dan kelenjar tiroid.
Ahli gizi Rita Ramayulis mengatakan, udang dapat dijadikan sebagai sumber protein dan omega 3 dengan dikonsumsi beberapa kali seminggu. Kehadiran udang dapat menjadi alternatif bagi orang yang kurang suka mengonsumsi ikan.
Popularitas udang di kalangan masyarakat juga sejalan dengan kebutuhan dunia. Permintaan pasar terhadap udang secara global ternyata menempati peringkat kedua setelah salmon.
Peluang pasar itu akan sayang sekali bila dilewatkan, terutama oleh Indonesia yang notabene punya potensi maritim melimpah.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia memasok sekitar 6,9 persen pasar udang dunia. Angka tersebut bisa jadi memang belum signifikan.
Namun, bagi Indonesia sendiri angka ini menjadikan udang sebagai komoditas ekspor hasil laut unggulan nomor satu dengan negara tujuan utama Amerika Serikat, Jepang, dan Cina.
Dalam kurun waktu 3 tahun pada 2020-2022 tercatat volume ekspor udang berfluktuasi dengan rata di angka sekitar 244 ribu ton. Nilai rata-rata 2,1 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar 31,8 Triliun Rupiah.
Baca Juga: Budidaya Udang Modern dengan Shrimp Estate - Indonesia Bergerak
Dibandingkan dengan jumlah udang yang bisa diekspor, produksi udang di dalam negeri jauh lebih besar. Tahun 2022 misalnya angka produksi udang tercatat 1,1 juta ton.
Percaya diri dengan potensi bahari yang dimiliki pemerintah Indonesia memasang target produksi muda yang jauh lebih besar pada tahun 2024 mendatang yakni sebanyak 2 juta ton.
Proyek revitalisasi dan percontohan lewat tambak budidaya udang modern merupakan langkah awal yang dilakukan.
Oleh karena itu pemerintah Indonesia terus memanfaatkan potensi ini melalui beragam upaya. Salah satu upaya terbaru yang dilakukan adalah membangun Shrimp Estate.
Shrimp Estate atau Budidaya Udang Berbasis Kawasan adalah pengelolaan udang dengan memperhatikan lingkungan hidup udang dan dampak lingkungan dari pemeliharaan udang itu sendiri.
Pada Maret 2023 Indonesia memiliki tambak budidaya udang berbasis kawasan atau BUBK yang lokasinya berada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Air laut yang digunakan untuk memelihara udang, dengan teknologi khusus, akan dikembalikan ke laut dalam kondisi yang sama.
Teknologi ini dinilai ampuh meningkatkan produksi udang berkali lipat dari pada biasanya. Oleh karena itu tak heran pemerintah mematok target dua juta produksi udang di tahun 2024 mendatang melalui sistem ini.
Tidak tanggung-tanggung, BUBK di pesisir Pantai Selatan ini terhampar di atas lahan seluas 100 hektar. APBN yang dikucurkan untuk biaya pembangunan sebesar 175 miliar rupiah.
Presiden Joko Widodo memproyeksikan investasi pada sektor kelautan ini ada menghasilkan lebih dari 40 ton per hektar. Presiden Jokowi secara langsung meresmikan tambak yang dijadikan percontohan untuk provinsi dan kabupaten lainnya.
Upaya tersebut dinilai baik dan patut mendapatkan dukungan setidaknya itulah yang disampaikan oleh pengamat perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Menurutnya, BUBK di Kabupaten Kebumen Hadir dengan sejumlah perbaikan dari model tambak udang yang sebelumnya dikelola pemerintah. Penggunaan teknologi yang lebih maju bisa jadi salah satu untuk memastikan keberlanjutan proyek kerja.
Meski masih ada di tahap awal, setelah catatan layak mendapatkan perhatian. Untuk menciptakan ekosistem tambak yang baik setidaknya perlu dilakukan empat hal.
Pertama, penjagaan kualitas benih, pemeliharaan lingkungan, ketersediaan pakan, serta kepastian pasar. Biasanya kelemahan dalam menjaga keberlangsungan budidaya udang apalagi dalam skala besar adalah abai dalam isu lingkungan dan menjaga tingkat produksi.
“Kita perlu melakukan pendekatan untuk mengambil momentum sebagai salah satu negara penghasil udang. Kita juga harus menguasai dan mengendalikan pasar secara berkelanjutan,” tutur Yonvitner, Pengamat Perikanan IPB.
Shrimp Estate jadi solusi pengelolaan udang modern
BUBK Kebumen atau Shrimp Estate merupakan yang pertama kali ada di Indonesia. Pada Maret lalu Presiden Joko Widodo bersama jajaran Kementerian KKP telah menebar benih udang vaname berkualitas sebanyak 125 ribu benih.
Setelah penebaran perdana tersebut jumlah udang yang berhasil dipanen secara parsial sekitar 14 ton atau 20 persen dari populasi pengurangan populasi udang.
Shrimp Estate atau BUBK dibangun tidak hanya untuk memenuhi target produksi yang mencapai dua juta ton pada 2024 tapi juga memperhatikan aspek lingkungan.
Prinsip sederhananya, air laut yang digunakan untuk memelihara udang nantinya akan dikembalikan ke laut dalam kondisi seperti sebelum digunakan. Tujuannya tentu agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP nyatanya menyadari betul bahwa hasil produksi bukanlah tujuan tunggal pembangunan Shrimp Estate. Ada cita-cita besar untuk membangun kawasan budidaya udang berteknologi modern serta berorientasi pada lingkungan.
KKP mengklaim telah menerapkan CBIB atau cara budidaya ikan yang baik. Salah satu syarat terlaksananya CBIB yaitu keberadaan instalasi pengolahan limbah atau IPA.
Prinsipnya sederhana, air laut disedot ke dalam tampak pada kondisi yang baik dan bersih. Maka, setelah digunakan untuk pemeliharaan udang wajib hukumnya berada dalam kondisi yang sama saat air itu dilepas kembali ke laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, metode tambak ini masih akan terus disempurnakan sebelum diterapkan di seluruh daerah.
Di tahap pemeliharaan, pemberian pakan merupakan aspek krusial. BUBK Kebumen memiliki gudang pakan yang menjadi tempat para pekerja meracik santapan untuk para udang.
Serangkaian proses dan teknologi budidaya udang di Kebumen meskipun baru awalan sudah selayaknya membawa angin segar.
Proyek ini diharapkan mampu menjadi magnet peluang kerja bagi masyarakat setempat posisi pekerja ditambah para peneliti di laboratorium diisi oleh talenta-talenta lokal Kebumen khususnya anak-anak muda.
Sudah sepantasnya budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen ini membawa banyak manfaat untuk berbagai pihak tak terkecuali bagi masyarakat sekitar daerah tambak itu sendiri.
Pemerintah sendiri sudah memikirkannya secara matang, misalnya dengan tidak memaksimalkan penggunaan bantuan mesin otomatis sehingga tenaga kerja terserap maksimal.
Shrimp estate memberdayakan dan bawa banyak manfaat ekonomi
Penyerapan tenaga kerja terlihat sebagai dampak paling nyata dari pembangunan proyek di BUBK. Terlebih, di tengah fakta bahwa Kebumen menjadi salah satu kabupaten dengan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah.
Proyek ini juga menjadi lokasi kajian studi bagi institusi dan pemerintah daerah lain. Karena, secara tidak langsung membuka kesempatan ekonomi lebih besar bagi usaha penginapan, restoran, warung, dan UMKM.
Inilah efek bola salju atau multiplier effect yang ditimbulkan perputaran uang dari dalam BUBK itu sendiri.
Pemerintah Kabupaten Kebumen mencatat pertumbuhan ekonomi setelah adanya BUBK meningkat di angka 5,79 persen per tahun jauh dari sebelum operasional BUBK yakni hanya 3,9 persen.
Tantangan sesungguhnya di depan mata yakni mempertahankan keberlanjutan yang tidak bisa dilihat dalam 1-2 bulan saja untuk membuktikan Shrimp Estate berjalan terussampai betul-betul dinyatakan berhasil.
Parameternya yakni metode tambak ini diadopsi provinsi lain sehingga ada banyak BUBK lainnya yang mampu menjadikan cita-cita produksi nasional 2 juta ton udang bukan lagi impian belaka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.