KOMPAS.TV – Pernahkah Anda mendengar dongeng peri gigi? Peri gigi merupakan salah satu kisah fantasi yang populer di kalangan anak kecil seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat.
Menurut cerita yang beredar, peri gigi bertugas mencari gigi seorang anak yang tanggal atau dicabut. Tak jarang orang yang meyakini, bila gigi tanggal tersebut diletakkan di bawah bantal, peri gigi akan menukarnya menjadi uang.
Faktanya, sosok yang menukar gigi menjadi uang bukanlah peri gigi, melainkan orang tua sang anak. Tujuannya yakni memotivasi si kecil agar tidak takut saat gigi susunya harus tanggal.
Di Indonesia, mitos seputar gigi yang populer tidak hanya kisah peri gigi, melainkan kebiasaan melempar gigi. Ketika gigi susu anak tanggal, ada kepercayaan untuk melempar atau membuangnya ke arah berlawanan. Jika gigi susu bawah tanggal, dilempar ke atas sementara gigi atas dibuang ke bawah.
Kebiasaan tersebut dilakukan karena dipercaya mampu mempercepat pertumbuhan gigi tetap atau permanen menggantikan gigi susu. Di sisi lain, ritual ini masih dilakukan hingga sekarang demi memotivasi si kecil agar percaya diri dan optimis giginya akan segera tumbuh lagi.
Sebenarnya, mitos-mitos tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan cepat atau lambatnya tumbuh kembang gigi anak.
Mayoritas gigi susu pertama kali tanggal saat anak berusia 6–7 tahun. Biasanya, gigi susu menunjukan sejumlah tanda yang sebaiknya diberi perhatian lebih ketika menjelang tanggal.
Tanda yang ditunjukkan antara lain gigi susu yang terasa goyang, muncul tonjolan berbentuk gigi di dekat gigi susu, hingga penampakan gigi permanen yang siap erupsi.
Namun, ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen seseorang. Gigi permanen bisa tumbuh terlambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali akibat sejumlah faktor, antara lain gangguan langsung pada gigi, sistemik.
Faktor gangguan langsung pada gigi susu antara lain trauma atau operasi akibat cedera, gigi susu tanggal lebih awal dari waktunya, serta jumlah gigi lebih dari normal sehingga tidak ada ruangan untuk tumbuh atau erupsi.
Tumor gigi, impaksi gigi, serta defisiensi lengkung rahang dan bentuk tulang, hingga radiasi juga bisa mempengaruhi pertumbuhan gigi.
Faktor sistemik seperti kekurangan vitamin D, malnutrisi, anemia, hingga memiliki penyakit yang berhubungan dengan hormon endokrin dapat menjadi penyebab lambatnya gigi permanen tumbuh. Selain itu, faktor genetik yang berhubungan dengan penyakit keturunan turut mempengaruhi pertumbuhan gigi.
Beberapa orang tua mungkin menganggap gigi susu tidak perlu dirawat karena akan tanggal nantinya. Padahal, gigi susu yang dirawat dengan baik akan memandu dan membuka jalan bagi tumbuhnya gigi tetap.
Para orang tua berperan penting untuk selalu memperhatikan kesehatan gigi anak sedini mungkin. Dengan begitu, kerusakan pada gigi susu saat kecil tidak terbawa ke gigi permanen yang akan tumbuh saat anak dewasa nanti.
Orang tua perlu mengajak anak terbiasa menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, yaitu setelah makan dan sebelum tidur. Ajarkan si kecil menyikat gigi secara benar selama 2 menit.
Jadikan kebiasaan menyikat gigi terasa menyenangkan bagi anak, misalnya dengan sikat gigi bergambar karakter lucu atau menggunakan pasta gigi rasa buah. Anak juga perlu diajarkan berkumur setelah makan untuk membersihkan sisa makanan yang menempel di gigi.
Baca Juga: Gigi Anda Berlubang? Jangan Tunda Pergi ke Dokter Gigi!
Sementara itu, masyarakat juga banyak yang memilih mencabut gigi goyang dengan benang. Padahal, kebiasaan tersebut berisiko menyebabkan infeksi, luka pada gusi, bahkan efek traumatis.
Karena itu, proses pencabutan gigi sebaiknya dibantu dokter gigi ahli. Sayangnya masih banyak masyarakat enggan ke dokter gigi, termasuk untuk pemeriksaan rutin.
Idealnya, pemeriksaan ke dokter gigi dilakukan minimal tiap 6 bulan sekali meskipun tidak ada keluhan. Dengan demikian, bila ada lubang yang tak kasat mata bisa segera diatasi sebelum makin parah.
Selain mengajarkan kebiasaan baik merawat gigi, orang tua juga perlu mengenalkan dokter gigi pada si kecil. Hindari menakut-nakuti anak agar lebih terbiasa dan kooperatif saat giginya diperiksa.
Hingga kini, kesadaran masyarakat Indonesia untuk rutin ke dokter gigi masih tergolong rendah. Faktor penyebabnya antara lain akses yang menyulitkan, keterbatasan jumlah dokter gigi, hingga tidak meratanya dokter gigi di wilayah Indonesia.
Anggota Dewan Pakar PB PDGI Prof. Dr. drg. Tri Erri Astoeti, M.Kes., menyampaikan data bahwa saat ini jumlah dokter gigi berkisar 40 ribu orang. Jika menggunakan rasio 1:3.000, dibutuhkan sekitar 90 ribu dokter gigi untuk melayani 270 juta penduduk Indonesia.
Dalam rangka memperingati World Oral Health Day (WOHD) atau Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2023, Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent bersama FDI World Dental Federation (FDI), Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), dan Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) menggelar kampanye “#KonsultasiGigiSekarang: Gigi Kuat untuk Senyum Indonesia” pada Senin (20/03/2023).
Kampanye yang diluncurkan di SDN Karet Tengsin 15 Jakarta ini menjadi momen mengedukasi masyarakat menyikat gigi dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, serta mengawali kebiasaan berkonsultasi ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
Direktur Personal Care Unilever Indonesia Ainul Yaqin menegaskan, Unilever Indonesia mendorong seluruh brand-nya untuk memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan.
Ainul menambahkan, Pepsodent selalu mendukung upaya pemerintah meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat melalui inovasi produk, edukasi untuk sikat gigi dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, serta rutin berkonsultasi ke dokter gigi, hingga pelayanan perawatan gigi gratis.
Sejak 1995, Pepsodent telah menjangkau 28,7 juta anak di 334 kota lewat Program Sekolah Sehat. Berdasarkan data 2022, Pepsodent juga sudah memberikan layanan perawatan gigi gratis sejak 2010 secara offline maupun online kepada 618.026 orang.
Acara ini turut dihadiri Professor Ihsane Ben Yahya selaku President of FDI World Dental Federation. “Jutaan orang di seluruh dunia memiliki akses terbatas ke perawatan gigi profesional. WOHD sebagai sebuah peringatan global salah satunya menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengintervensi kesehatan mulut masyarakat yang tidak memiliki akses ke edukasi dan perawatan gigi,” tutur Professor Ihsane.
Professor Ihsane mengapresiasi upaya Unilever melalui Pepsodent bersama seluruh mitranya untuk berperan mengatasi permasalahan ini, sambil terus menyuarakan pentingnya kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari serta konsultasi gigi secara rutin demi menjaga kesehatan gigi dan mulut sepanjang hidup.”
Menyambut WOHD 2023, Unilever Oral Care Global dan Oral Health Foundation (Inggris) mengadakan roundtable discussion bersama pakar kesehatan gigi dan mulut dari 6 negara (Inggris, Vietnam, Ghana, Indonesia, Tunisia dan Bangladesh).
Topik yang diangkat dalam diskusi ini tentang tantangan menerapkan kebiasaan baik berkonsultasi ke dokter gigi dengan teledentistry menjadi salah satu solusinya.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) drg. Rahardyan Parnaadji, M.Kes., Sp.Pros berbagi pandangannya terkait keberadaan dokter gigi di Indonesia.
“Lulusan dokter gigi rata-rata per tahun adalah 4.000 orang, dan sejak 2022 mereka melakukan program internship ke berbagai wilayah di Indonesia selama enam bulan. Selain itu, Pemerintah juga telah membuka kesempatan bagi pembukaan Program Studi/FakultasKedokteran Gigi baru guna meningkatkan jumlah lulusan dokter gigi yang dapat memenuhi rasio kebutuhan dokter gigi di masyarakat,” ujar drg. Rahardyan.
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes., AAK, turut menanggapi hasil diskusi tentang tantangan dari segi biaya.
“Masih banyak mispersepsi bahwa konsultasi ke dokter gigi itu mahal. Padahal, Pemerintah telah memperluas akses bagi peserta JKN untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut gratis terbatas di fasilitas kesehatan. Edukasi dan sosialiasi tentang hal ini harus terus dilakukan,” kata drg. Julita.
Teledentistry melalui edukasi promotif preventif dengan akses yang lebih luas dipercaya dapat menjawab tantangan ini. Pasien akan melakukan screening terlebih dahulu untuk memudahkan berkonsultasi dengan dokter.
Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Gigi Kini Mudah dan Gratis untuk Masyarakat
Selain melalui chat, pasien dapat memanfaatkan fitur video call agar dokter dapat melihat kondisi gigi. Jika dari sesi teledentistry ditemukan permasalahan gigi mulut yang harus ditindaklanjuti, maka pasien bisa dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat pertama atau RSGM.
Kampanye “#KonsultasiGigiSekarang: Gigi Kuat untuk Senyum Indonesia” percaya bahwa setiap orang berhak memiliki akses ke konsultasi dan perawatan kesehatan gigi yang berkualitas di manapun mereka berada.
Kampanye ini mengajak masyarakat memanfaatkan teledentistry gratis “Tanya Dokter Gigi by Pepsodent” melalui WhatsApp: 0878-8876-8880 atau QR code di kemasan Pepsodent Pencegah Gigi Berlubang.
Sejak 2020, layanan ini telah melibatkan 168 PDGI cabang dan 28 Fakultas Kedokteran Gigi hingga menjangkau 89.000 masyarakat.
Pasangan selebritas Ananda Omesh dan Dian Ayu Lestari ikut membagikan pengalamannya dalam memprioritaskan kesehatan gigi dan mulut keluarga.
“Selain selalu kasih contoh ke anak-anak menyikat gigi dua kali sehari di pagi dan malam hari, senang sekali sekarang konsultasi ke dokter gigi bisa dengan mudah dilakukan dimana aja,” tutur Omesh.
Menurut Omesh dan istri, kehadiran layanan teledentistry dari Pepsodent sangat membantu semua orang terbebas dari kendala biaya maupun akses. Terlebih lagi, semua orang punya kesempatan sama untuk bisa mendapatkan layanan kesehatan gigi dan mulut.
Sebagai acara puncak WOHD 2023, Pepsodent menggelar prosesi virtual untuk menyatukan komitmen lebih dari 5.000 dokter gigi dari 88 PDGI cabang, FKG-RSGM yang totalnya ada 32 di Indonesia, dan 439 “Relawan dokter gigi Pepsodentist” untuk mengedukasi kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dan berkonsultasi ke dokter gigi, memberikan layanan teledentistry serta memberikan perawatan gigi gratis pada lima ribu masyarakat.
“Pada akhirnya, di peringatan WOHD 2023 ini, Pepsodent mengajak masyarakat menerapkan cara mudah ‘2-2-2’ untuk memiliki gigi dan mulut yang sehat, yaitu menyikat gigi 2 kali sehari selama 2 menit, dan berkonsultasi ke dokter gigi 2 kali dalam setahun. Dengan edukasi yang terus kami galakkan, semoga masyarakat Indonesia dapat memiliki gigi yang kuat, tubuh yang sehat guna mewujudkan ‘Senyum Indonesia, Senyum Pepsodent’,” tutup Ainul Yaqin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.