Acara dilanjutkan dengan prosesi pelepasan ekspor secara simbolis yang dilakukan Thomas bersama tamu undangan.
Thomas menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pemerintah melalui kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu PT CPJF dalam seluruh rangkaian proses persiapan ekspor tujuan Singapura.
Thomas menjelaskan, proses persiapan ekspor dilalui perjuangan cukup panjang, melewati tahapan Desk Audit dan Onsite Review yang dilaksanakan Singapore Food Agency (SFA) pada 18–21 Juli 2022 lalu.
“Kegiatan persiapan ekspor ini melalui audit ketat oleh pihak SFA, dapat terlaksana berkat dukungan dan kerjasama yang baik dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur dan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya,” jelas Thomas.
Baca Juga: Omzet Menggiurkan Ternak Ayam Petelur, Cara Ibu-ibu Manfaatkan Lahan Kosong Jadi Uang
Setelah hasil audit disetujui, satu perusahaan peternakan ayam petelur Singapura berminat untuk pembelian DOC FS Layer Strain Hyline Brown yang dihasilkan CPI.
Pengiriman perdana ini, sebanyak 85.850 ekor DOC FS layer siap dikirim pada Senin, 28 November 2022 dari Bandara Juanda Surabaya tujuan Singapura dengan nilai SGD 127,500.- atau setara Rp 1.454.392.500,-.
Setibanya di Singapura, DOC akan menjalani serangkaian uji laboratorium selama kurang lebih sepuluh hari untuk menentukan kualitas dan keamanannya. Setelah lolos uji, DOC dapat diterima dan dipelihara untuk dibesarkan di Farm Layer Singapura.
Thomas menambahkan, kemampuan Singapura mengembangkan Farm Layer merupakan salah satu inisiatif meningkatkan ketahanan pangan domestik. Dalam hal ini, telur ayam ras menjadi salah satu sumber protein yang dibutuhkan masyarakat Singapura.
Eddy Dharwaman selaku Presiden Direktur PT CPJF menambahkan, Singapura pada tahun 2021 membutuhkan telur sebanyak 2,14 milyar butir atau setara 137,05 ribu ton. Hal ini bila dikalkulasikan selama setahun membutuhkan populasi layer produktif sebanyak 7,21 juta ekor.
Berdasarkan data yang diperoleh, produksi telur dalam negeri di Singapura saat ini baru memenuhi 30 persen terhadap kebutuhan masyarakat. Ke depan, Singapura menargetkan peningkatan produksi nasional secara gradual tiap tahun sampai dengan di atas 50 persen.
Informasi tersebut menunjukkan perusahaan perunggasan Indonesia berpeluang besar untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan Singapura.
Data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan mencatat potensi surplus DOC FS Layer Indonesia tahun 2022 sebesar 18,07 persen dan dapat dialokasikan sekitar 30 persen terbuka untuk pasar ekspor atau sebanyak 11,07 juta ekor setiap tahun.
Baca Juga: Malaysia Segera Larang Ekspor Ayam, Konsumen Singapura Cemas Harga Makanan dan Hidangan Meroket
Mengakhiri prosesi pelepasan ekspor, Thomas sekali lagi menyambut baik langkah pemerintah dalam program percepatan ekspor terutama komoditas perunggasan. Pihaknya akan terus meningkatkan produktivitas dan daya saing produk dan mengikuti program-program pemerintah dengan baik.
“Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Kemenko Perekonomian, Kementan, Kemendag, BAPANAS, Pemda Jawa Timur dan para stakeholder yang telah hadir mendukung acara pelepasan ekspor perdana ke Singapura ini,” ujar Thomas.
“Untuk menunjang proses ekspor ini, kami telah dan akan selalu berbenah diri melakukan berbagai transformasi proses bisnis dan budidaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar ekspor. Dengan ekspor ini, ke depan industri perunggasan Indonesia tidak hanya bertumbuh, tetapi juga memiliki daya saing global,” pungkas Thomas.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.