JAKARTA, KOMPAS.TV – Konferensi Tingkat Menteri (KTM) merupakan agenda United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali.
Sebelumnya, KTM UNCTAD ke-14 diselenggarakan pada tahun 2016 di Nairobi, Kenya. Namun, alasan pandemi membuat KTM ke-15 harus diundur satu tahun.
Pelaksanaan KTM UNCTAD ke-15 diadakan di Bridgetown, Barbados mulai tanggal 4 Oktober 2021 sampai dengan 7 Oktober 2021.
Acara ini dihadiri para perwakilan negara anggota, organisasi non-profit (NGO) serta akademisi secara virtual. Hanya sebagian kecil pembicara dan panitia yang hadir langsung di Jenewa, Swiss atau di Bridgetown, Barbados.
Sebagai negara kecil, pemerintah Barbados mendapat banyak apresiasi berbagai pihak karena keseriusannya menyelenggarakan KTM ke-15 meskipun dengan keterbatasan akibat pandemi.
Sepanjang bulan September, KTM telah dibuka dengan rangkaian pre-event yang membahas berbagai topik penting bagi negara-negara berkembang untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Indonesia aktif berpartisipasi dalam rangkaian pre-event dengan menjadi pembicara dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama yaitu Kementerian PPN-Bappenas dalam “High-level Policy Dialogue: South Sharing of Policy Experiences for Digital Transformation” pada 1 September 2021.
Kemudian pertemuan kedua oleh Menteri Komunikasi dan Informatika dalam pertemuan "High-level Launch of the Digital Economy Report 2021” pada 29 September 2021.
Terakhir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyampaikan pandangan Indonesia dalam pertemuan "High Level Opening Creative Industries and Trade Digitalization Forum" pada 29 September 2021.
Dalam pre-event KTM ke-15 UNCTAD, sebagian besar pembicara berasal dari negara berkembang kepulauan kecil yang juga disebut Small Islands Developing States (SIDS).
Mengingat Indonesia termasuk negara kepulauan, maka berbagai tantangan yang dihadapi SIDS juga dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: Peran Aktif Indonesia dalam Rangkaian KTM ke-15 UNCTAD
Tantangan tersebut antara lain rentan terhadap kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim dan besarnya biaya logistik perdagangan antar pulau.
Dalam pembahasan komoditas, tak sedikit negara-negara mengeluhkan ancaman ketersediaan bahan pangan selama pandemi Covid-19.
Negara-negara tersebut menanam komoditas pertanian dan perkebunan untuk diekspor namun mereka juga merupakan net importir untuk bahan pangan.
Untuk itu, negara-negara berkembang mengharapkan berbagai kerja sama dapat difokuskan sebagai upaya pengembangan smart agriculture.
Hal itu sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti sempitnya lahan pertanian, kendala penjualan kepada konsumen, dan keterbatasan sistem pengairan.
Selain Covid-19, bencana alam yang merusak infrastruktur dan pembangunan turut menjadi fokus pembahasan pada diskusi.
Banyak negara berkembang tidak memiliki kapasitas dan anggaran yang cukup untuk melakukan pembangunan secara cepat.
Harapannya, bantuan dari negara sahabat maupun organisasi internasional terkait dapat segera direalisasikan. Negara-negara yang kesulitan membangun dengan cepat dikhawatirkan akan semakin terbebani oleh hutang.
Dalam rangkaian pre-event, UNCTAD juga memberikan wadah bagi generasi muda dan organisasi non-pemerintah untuk menyuarakan pandangan terhadap isu terkini yang menghambat kemajuan pembangunan berkelanjutan.
Generasi muda banyak menyuarakan pentingnya perlindungan lingkungan. Selain itu, mereka juga mengalakkan pentingnya revisi kebijakan terkait perlindungan hak para tenaga kerja yang tidak terikat waktu dan tempat seperti perusahaan teknologi digital.
Banyak pihak menyadari pentingnya digitalisasi untuk mengatasi pandemi. Digitalisasi membuat berbagai sektor menjadi lebih tangguh dan menciptakan keadaan yang lebih baik.
Namun, terdapat kekhawatiran mengenai tidak meratanya infrastruktur digital antar negara, bahkan antar wilayah dalam suatu negara. Oleh karenanya, pemerataan infrastruktur digital dan kemampuan SDM menjadi sorotan banyak pihak.
Digitalisasi dapat menjadi jalan keluar bagi sektor ekonomi kreatif untuk tetap berkreasi di tengah hantaman pandemi.
Tetapi, kekhawatiran platform digital besar hanya mengakomodir film atau musik tertentu saja. Maka itu, penting untuk tetap memperhatikan kebutuhan para pelaku industri kreatif lokal.
(ahr)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.