Selama mengajar di Indonesia, Catalina yang berasal dari Filipina banyak bertemu orang berbeda dari budayanya. GCC membantu Catalina untuk memahami setiap orang sebagai pribadi yang kompleks, alih-alih menilai mereka hanya dari stereotip yang ada.
“Melalui GCC, saya menyadari bahwa saya adalah bagian dari komunitas global. Komunitas global adalah sekelompok orang yang dapat terhubung meskipun ada perbedaan budaya, politik, ekonomi, sosial, geografis, dan agama. Mengajar di Indonesia membuat saya lebih menerima karakteristik orang lain, saya menjadi lebih terbuka terhadap perubahan dan menunjukkan pemikiran positif apapun situasinya,” ujar Catalina.
Tak hanya itu, program ini juga mendorong Catalina untuk mengaplikasikan metode-metode yang ia pelajari selama program kepada para siswa, guna meningkatkan kesadaran mereka sebagai anggota dari komunitas global.
Sebagai contoh di kelas Ekonomi dan Bisnis, Catalina memberikan studi kasus berupa situasi krisis yang berbeda dengan kondisi para siswa, seperti inflasi, kemiskinan, persaingan pasar, globalisasi, keragaman di tempat kerja, dan sejenisnya.
Melalui metode tersebut, siswa dapat belajar melakukan evaluasi dan bertukar pikiran mengenai bagaimana seharusnya untuk bertindak atas isu-isu tersebut.
“Saya akan membangun lingkungan belajar multikultural untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa saya dan menumbuhkan pemahaman dan penghargaan kepada mereka yang berbeda dari mereka,” tegasnya.
Baca Juga: Siapkan Keterampilan Abad ke-21, Guru Indonesia Ikut Pelatihan ENZ dan Massey University
Tak hanya itu, Guru Biologi BINUS School Serpong Jose Nelmar Espino menyebutkan, pelatihan ENZ dan Massey University berhasil memberikan keterampilan abad ke-21 (21st century skills) yang dibutuhkan guru dan siswa agar lebih tangguh menghadapi perubahan.
“Yang saya ambil dari program ini adalah pengetahuan dan keterampilan tentang kompetensi global yang saya yakini tepat waktu dan relevan. Globalisasi telah mempengaruhi lanskap global kita. Dunia kita menjadi lebih kecil dan lebih kecil karena ini,” kata Jose.
Lanjutnya, “Kami sekarang dapat berinteraksi dan berkolaborasi lebih banyak dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan kompetensi global ini akan memungkinkan saya untuk bernavigasi, lebih tangguh, dan beradaptasi dengan perubahan.”
Lebih jauh Jose menjelaskan, modul ini dapat membangun peran guru sebagai jembatan bagi para siswa dalam mengembangkan keterampilan non teknis di kelas maupun di komunitas yang lebih luas.
“Sebagai seorang guru, saya dapat mentransfer pengetahuan dan keterampilan ini kepada siswa saya melalui kegiatan kelas kami. Saya dapat menerapkan konsep yang saya pelajari saat program ke kelas. Misalnya, dalam menghadapi konflik yang muncul di antara siswa saya, berusaha memahami perilaku siswa tersebut, serta cara menghadapinya,” imbuhnya.
Guru Bahasa Inggris BINUS School Serpong Angel C. Tijam menambahkan, “Saya senang bisa belajar memahami perbedaan kepribadian dan budaya, serta menyadari keberadaan orang lain. Program ini menjadi pengingat betapa besar pengaruh kita terhadap kehidupan siswa kita.”
Ditemui saat penutupan daring GCC At Home, Acting Market Manager Indonesia & Malaysia Education New Zealand, Naluri Bella Wati berharap, kerja sama positif ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak yang lebih besar bagi dunia pendidikan, khususnya para pengajar di Asia.
“Saya berharap ini bukan kerja sama pertama dan satu-satunya antara negara-negara Asia. Saya berharap ke depan kita juga dapat menyelenggarakan inisiatif yang sama dan memberikan dampak yang lebih besar kepada guru-guru kita di kawasan Asia,” tutupnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.