JAKARTA, KOMPAS.TV – Dalam peringatan Hari Anak Nasional tahun ini, anak-anak masih harus menghadapi Virus SARS-CoV-2 atau Covid-19 yang berdampak tidak hanya pada risiko kesehatan, tetapi juga mental mereka.
Ketiadaan sosialisasi dikhawatirkan dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Berbagai upaya dilakukan agar anak-anak dan remaja aman dan bisa kembali ke sekolah, salah satunya dengan percepatan vaksinasi untuk anak-anak serta remaja yang berusia 12 – 17 tahun.
“Target capaian herd immunity kita bertambah dari sebelumnya 181,5 juta sasaran menjadi 208 juta sasaran karena sudah boleh memvaksinasi anak dan remaja usia 12-17 tahun,” ujar Menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid, dalam Dialog Produktif yang diselenggarakan KPCPEN, Kamis (22/7/2021).
Meski sudah divaksin, dr. Nadia berpesan agar orangtua selalu menjaga anak-anak mereka melalui penerapan protokol kesehatan.
“Artinya anak-anak jangan dihadapkan pada risiko penularan Covid-19 seperti dibawa melakukan perjalanan, diajak makan di luar rumah. Kita tahu risiko penularan itu sangat besar saat beraktivitas di luar rumah,” imbaunya.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Turun 40 Persen, Prof Wiku Ingin Angka Kematian Bisa Ditekan
Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri juga menegaskan, pemerintah terus berupaya agar anak-anak Indonesia mendapatkan hak pendidikan yang berkualitas dengan menyelenggaraan pelajaran tatap muka (PTM) sesegera mungkin setelah situasi pandemi mereda.
Kendati demikian, Jumeri mengakui bahwa PJJ tidak berlangsung sama di berbagai daerah. Tidak semua dapat dengan mudah mengakses pembelajaran secara online karena adanya ketimpangan yang luar biasa antara daerah maju dengan daerah 3T.
“Capaian pembelajaran anak-anak kita akhirnya memiliki kesenjangan. Jadi di rumah diharapkan orang tua untuk mendampingi putra-putrinya ketika belajar. Orang tua jadi teman ketika belajar. Jangan memerintah anak, tapi diajak untuk bekerja sama. Ini mengembalikan konsep pendidikan pertama ada di keluarga,” tambahnya.
Hal ini diperkuat dengan data yang dibawakan oleh Spesialis Kebijakan Sosial UNICEF, Angga D. Martha, mengenai dampak Covid-19 terhadap kemiskinan dan mobilitas anak.
Jumlah anak dan remaja yang jatuh kepada kemiskinan lebih besar dari kelompok usia lain. 40 persen dari total jumlah anak di bawah 18 tahun di Indonesia, jatuh miskin di tahun 2020 karena terdampak berkurangnya pendapatan rumah tangga.
Sebanyak 25 persen dari rumah tangga Indonesia mengalami kenaikan biaya hidup yang mendorong rumah tangga mengurangi konsumsi dan biaya pendidikan.
Baca Juga: Kak Seto Minta Orang Tua Jadi Garda Terdepan bagi Kesehatan Anak di Masa Sulit Ini
Ini mempengaruhi asupan gizi untuk anak-anak Indonesia. Pandemi yang mengisolasi interaksi sosial pada anak-anak juga memberi dampak terhadap tumbuh kembang mental anak yang harus segera diselesaikan.
Langkah Kemendibudristek untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh anak-anak adalah menyegerakan PTM terbatas.
Namun, hal ini masih perlu mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan kondisi pandemi.
“Bagi sekolah-sekolah juga kami minta agar memanggil anak-anak yang paling rentan untuk ke sekolah dengan sangat terbatas guna mendapatkan bimbingan khusus. Kami juga menyederhanakan kurikulum agar beban belajar anak-anak kita tidak terlalu berat, sehingga hanya materi-materi yang paling esensial yang perlu diajarkan,” papar Jumeri
“Ketika nanti sudah bisa PTM Terbatas, guru-guru juga diharapkan membimbing orang tua mengenai langkah-langkah menangani putra-putri mereka di rumah, karena kita menyadari, tidak semua orang tua punya kemampuan mendampingi putra-putrinya di rumah,” lanjutnya.
Baca Juga: Jokowi Terkekeh Ketika Ditanya Anak-Anak Tugasnya Ngapain Aja
Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan menghadapi pandemi Covid-19. Oleh karena itu, diperlukan kontribusi dari semua pihak, khususnya orangtua untuk melindungi anak-anak dari dampak pandemi, minimal dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Direktur Bidang Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga Kementerian PPN/BAPPENAS, Woro S. Sulistyaningrum juga mengingatkan pentingnya untuk tidak menganggap remeh dampak pandemi terhadap anak.
Woro menegaskan, kondisi yang dialami orangtua secara otomatis akan dialami anak-anak, baik dalam sisi kesehatan maupun ekonomi.
Orangtua yang masih beraktivitas di luar rumah, misalnya, bisa menjadi akar penularan virus kepada anak mereka.
Tekanan ekonomi keluarga yang akibat pandemi, lanjut Woro, juga bisa mempengaruhi gizi anak-anak dan berpotensi menimbulkan stunting dan masalah lainnya.
“Pada kenyataannya, anak-anak kita rentan sekali terpapar Covid-19. Dan dampaknya juga tidak hanya pada kesehatan tapi sosial ekonomi juga,” tutupnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.